BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan individu (remaja)berlangsung terus menerus dan tidak dapatdi ulang kembali. Masa remaja
merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang
baik diakibatkan sikap mereka yang suka
mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara
fisik, pada masa remaja pula mulai pembentukan hormon-hormon seksual sudah mulai
terbentuk sehingga per ilaku atau tingkah lakunya
banyak di pengaruhi oleh hormon tersebut. Namun
yang menjadi perhatian kita adalah pergaulan
remaja pada zaman sekarang ini sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan. Media massa baik elektronik maupun cetak dengan leluasa menampilkan hal-hal yang menjadi salah satu
faktor penyebab kerusakan akhlak generasi
muda pada masa sekarang ini. Bukan masalah akhlak saja, akibat dari
itu juga menimbulkan rendahnya kualitas
belajar siswa ketika mengalami gangguan pada masa-masa remaja. Untuk itu bimbingan orangtua
terhadap anak pada usia remaja
sangatlah dibutuhkan agar mereka
dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Agar orangtua dapat member ikan bimbingan kepada
putra-putrinya hendaknya mengetahui perkembangan fisik remaja. Selain orangtua
terdapat beberapa faktor yang dapat membantu untuk memecahkan promatika remaja.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat diambil rumusan masalahsebagaiber ikut. Apa
saja permasalahan pada dunia pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan bagaimana cara penaggulangannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Remaja
Masa remaja
merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke
tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998)[1].
Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial,
yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Masa remaja
merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bias dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan
dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,
namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan
bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti,
konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan
pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.
Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat
berdasarkan perubahan pada dimensidimensi tersebut
1.Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada
remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk
ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam
memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic
hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
a.
Follicle-Stimulating
Hormone (FSH)
b.
Luteinizing Hormone (LH).
Pada
anak perempuan, kedua hor mon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing
Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone.Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot,
dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
2. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode
ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang
belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal
ini. Sebagian masih
tertinggal
pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola
pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah
dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di
Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar satu arah
(ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung
masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak
supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
3. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai
bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa
para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian
besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang
selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam
jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali
membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan
tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral
reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya
kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan
kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan
merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang
seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan
atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil
pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi
itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini
lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis,
apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai
tersebut.Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak
mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang
remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran
orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika
“lingkungan baru” memberi
jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan
dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan
orangtua mungkin akan mulai menajam.
4.Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada
masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil
penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984)
menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood
“senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam
untuk
hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para
remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah,
atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah
berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau
masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness).
Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap
bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka
mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja
sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya
keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri
akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik
dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya
dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun
ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa
orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang
dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu
diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian
dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap
diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan
akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian
karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek
atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan
perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih
percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa
tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri
positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri
sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang
lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi
masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara
akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan
oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola
ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja Dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat
kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya
adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja.
Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan
alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti – ganti
pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan
layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997).[2]
Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan
dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut
dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika
kelompok seperti tekanan teman sebaya.
B. Remaja dan Rokok
Di masa modern
ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan
merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang –
orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan ( reliefing beliefs),
dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive
beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama
dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok
sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok:
1.
Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson,Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.
Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu
atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al
Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,
1999).[3]
4.
Pengaruh Iklan.
Melihat
iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
C. Penyimpangan Seks pada Remaja
Kita telah
ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak
"kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama.
"Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita
sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka
dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar
agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja
merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya
penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja
dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia
seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan
mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis
remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku
seksual individu remaja tersebut. Salah satu masalah yang sering timbul pada
remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah
masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila
Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan
biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah,
biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi
adalah sekolah
meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan
dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana
siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan
siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma
kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah
isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan
remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga
mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani
sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya
dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga
berencana, perbedaan budaya yang
menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang
sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak
terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS
1. Data dan Fakta HIV/AIDS
Dilihat
dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu ke waktu, maka dewasa
ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap
HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647
orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari
jumlah tersebut, kelompok usia
15-19
berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti
bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda.
Dari
data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah
394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.).
Diperkirakan setiap hari ada 8.219 orang di dunia yang meninggal karena AIDS,
sedangkan di kawasan Asia Pacific mencapai angka1.192orang.
Data
dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya, melainkan hanya
merupakan "puncak gunung es", artinya, yang kelihatan atau dilaporkan
hanya sedikit, sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkan jumlahnya
berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya bisa 100
kali lipat.
2. Remaja dan HIV/AIDS
Penularan
virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda.
Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak
aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa
semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang sudah melakukan
hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah melalui jarum suntik (pemakaian
jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%)
kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%) kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa
lebih dari 75% kasus infeksi HIV di kalangan remaja terjadi di kalangan
pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok dibanding beberapa
tahun yang lalu. Beberapa
penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah :
a.
Kurangnya
informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang
bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan
adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain, sehingga remaja
seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi
yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko,
termasuk penularan HIV/AIDS.
b. Perubahan
fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini
mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru,
termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
c. Adanya
informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks,
alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak
atau elektronik.
d. Adanya
tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk
membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
e. Resiko
HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode
inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
f. Informasi
mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di
kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai
HIV/AIDS.
g. Remaja
pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi
dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang
terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke
remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
3. Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan
untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan – mulai dari
keinginan untuk dicoba – coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin
melupakan persoalan dll maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengankecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:
a. coba-coba;
b. senang-senang;
c. menggunakan pada saat atau keadaan tertentu;
d. penyalahgunaan;
e.
ketergantungan.
4. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau
melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan.
Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena
terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh
seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada
seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian
pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba
dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
1)
Dampak Fisik:
a)
Gangguan
pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi
b)
Gangguan
pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
c)
Gangguan
pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
d)
Gangguan
pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
e)
Sering
sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
f)
Dampak
terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan
fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual
g)
Dampak
terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
h)
Bagi
pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya
i)
Penyalahgunaan
narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian
2)
Dampak Psikis:
a)
Lamban
kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b)
Hilang
kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c)
Agitatif,
menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d)
Sulit
berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e)
Cenderung
menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3)
Dampak
Sosiai:
a)
Gangguan
mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan
b)
Merepotkan
dan menjadi beban keluarga
c)
Pendidikan
menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat.
Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila
terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan
psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya
sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif,
dll.
5. Bahaya Narkoba Bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara
masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan
remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena
itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau
bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk
mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar
sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa
juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data
menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok
usia remaja. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba,
para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah
terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa
ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan
remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
D.
Menangani Masalah yang Terjadi pada Remaja
Selain ketiga
masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan
dibahas diatas terdapat pula masalah
masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik
diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari
berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa.
Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah
yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
1.Peran
Orangtua :
a. Menanamkan
pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
b. Membekali
anak dengan dasar moral dan agama
c. Mengerti
komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
d.
Menjalin
kerjasama yang baik dengan guru
e.
Menjai
tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan
yang sehat
f.
Menerapkan
disiplin yang konsisten pada anak
g.
Hindarkan
anak dari NAPZA
2.Peran Guru :
a.
Bersahabat
dengan siswa
b.
Menciptakan
kondisi sekolah yang nyaman
c.
Memberikan
keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
d.
Menyediakan
sarana dan prasarana bermain dan olahraga
e.
Meningkatkan
peran dan pemberdayaan guru BP
f.
Meningkatkan
disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
g.
Meningkatkan
kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
h.
Meningkatkan
keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
i.
Mewaspadai
adanya provokator
j.
Mengadakan
kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
k.
Menciptakan
kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik,
mental, spiritual dan sosial
l.
Meningkatkan
deteksi dini penyalahgunaan NAPZA Peran Pemerintah dan masyarakat :
m.
Menghidupkan
kembali kurikulum budi pekerti
n.
Menyediakan
sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan
bermain
o.
Menegakkan
hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
p.
Memberikan
keteladanan
q.
Menanggulangi
NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
r.
Lokasi
sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
3.Peran Media :
a.
Sajikan
tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
b.
Sampaikan
berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
c.
Adanya
rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus
untuk remaja
E. Remaja dan Perilaku Hidup Sehat
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1. Mengerti tujuan hidup
2.Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan
kematangannya.
3. Bergaul dengan bijaksana
4. Terus menerus memperbaiki diri
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja
yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran
dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor
yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional,
spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3. Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor
lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah
yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta
hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina? Kadangkadang ia ingin
dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang
tua, teman. Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ------- demokratis
2. Tertutup ------- terbuka
3. Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam
perjalanan menuju" Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan
tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa.
"Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol
adalah:
1. Fisik yang kuat
2.
Emosi yang cepat tersinggung
3.
Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang
4.
Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang saja
dipakai Dan "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahui
oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :
1.
Menuju fisik yang ideal
2.
Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
3.
Menuju cara berfikir dewasa
4.
Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat
tatakrama
F. Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan
Sebenarnya menjaga sikap dan tindak
tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para guru dan keluarganya, tetapi
semua orang, Guru yang selalu mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan
dalam memberikan pendidikan dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan
pendalaman makna dari seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya
baik dan tidak korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang
merupakan remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan
tidak korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang
baik tidak menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan remaja. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah
dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang
pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan
tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa,
orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang
mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu
menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah
kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan
profesi orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru
yang harus demikian ?. Peran guru tidak hanya sebatas tugas
yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang
harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori
akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru
dalam kehidupan sehari-hari.Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang
sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang
guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari
para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh
sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang
lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi
satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.
Sepertinya filosofi sang guru ini
layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi
seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi
anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak
remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit
bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika
dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau
sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal
sementara mereka sendiri nakal? Suatu siang
saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok
bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang
dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus
disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak
adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir
bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari
tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu .
Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di
rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara
tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang
dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja.
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan
fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan
remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama
yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar,
bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan
orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid
misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang
remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua. Tidak mudah
memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari
oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah
tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang.
Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang
luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas. Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi
saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus
dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh
apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia
bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga
dapat melakukan kesalahan. Akhir akhir
ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah
berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah
mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu
orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga
akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita
harapkan.
Gejala-gejala ini telah menunjukan
kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja mesum yang dilakukan oleh para
remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum di taman sari
Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di bukit
dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi
foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan
kebenarannya.
Kerja team yang terdiri dari orang
tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat
anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan
komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang
intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung
bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan
menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama,
tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang
tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk
mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja. terlihat betapa peran orang tua sangat memegang
peranan penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua
informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai
mengelola informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang
guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua
terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita
bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja
belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk
berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah
dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi
teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang
benar dan selamat dari budaya "kenakalan remaja" yang merusak
kehidupan dan masa depan para remaja, semoga.
Perilaku
‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal).
1.Faktor internal:
a.
Krisis
identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
b.
Kontrol
diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari
dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.Faktor
eksternal:
a.Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi
antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu
perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b.Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
H. Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja
1.
Kegagalan mencapai identitas peran
dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
- Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
I.Akibat Kenakalan Remaja
Dampak Kenakalan Remaja. Saat ini, hampir tidak terhitung berapa
jumlah remaja yang melakukan hal-hal negatif. Bahkan, Dampak kenakalan remaja tersebut, banyak sekali kerugian yang
terjadi, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka. Remaja
adalah seorang anak yang bisa dibilang berada pada usia tanggung, mereka
bukanlah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa, tapi juga bukan orang dewasa
yang bisa dengan mudah akan membedakan hal mana yang baik dan mana yang
berakibat buruk.
Sebelum mengetahui apa saja dampak kenakalan remaja, kita perlu tahu
tentang kenakalan apa saja yang mungkin dilakukan oleh remaja. Sebuah kenakalan
tentu tidak bisa didata satu persatu, namun bisa dirangkum seperti penjelasan
di bawah ini.
Dampak kenakalan remaja:
- Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.
- Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas.Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.
- Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.
- Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.
- Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak berguna.
- Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya.
- Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya.
- Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya.
- Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga.
Contoh Kenakalan Remaja.
Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi
tetapi adakalanya semangat tersebut mengarah ke yang bersifat negatif sehingga
sering disebut dengan kenakalan remaja. Ada banyak contoh kenakalan remaja
terutama saat ini dimana kenakalan remaja tersebut sangat banyak di pengaruhi
oleh faktor - faktor eksternal.
Apakah itu kenakalan remaja ? Oleh beberapa ahli Kenakalan remaja (juvenile
delinquency) didefenisikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa
anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan
remaja adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan
suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang
oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok
tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan
perlindungan bagi sosial.
Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.
- Reaksi frustasi diri
- Gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
- Kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga
- Kurangnya pengawasan dari orang tua
- Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
- Dasar-dasar agama yang kurang.
- Tidak adanya media penyalur bakat/hobi
- Masalah yang dipendam
- Broken home
- Pengaruh kawan sepermainan
- Relasi yang salah
- Lingkungan tempat tinggal
- Informasi dan tehnologi yang negatif
- Pergaulan
Dan masih banyak faktor yang lainnya sebagai penyebab
kenakalan remaja masa kini.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dar i isi makalah ini, saya mengambil beberapa kesimpulan bahwa:
1.Kenakalan
remaja terjadi karena berbagai faktor baik dari kondisi remaja
itu sendiri maupun
dari faktor lingkungan yang
tidak sehat.
2.Akibat yang ditimbulkan dari tindakan remaja yang
tidak baik dapat merugikan diri sendiri dan orang lain disekitarnya.
3. Perilaku remaja yang sering kali mengakibatkan
kehamilan diluar nikah, disebabkan oleh kurangnya kesadaran remaja itu
sendiri akan tindakanya, dan bahwa remaja tersebut masih dalam kondisi labil, dalam arti belum mampu mengendalikan diri dengan baik.
4.Tindakan remaja yang sering kali menampakan aurat,
dapat memicu terjadinya tindakan yang tidak baik,( pemerkosaan)
5.Hidup yang sehat adalah hidup yang teratur, dekat dengan orang tua, dan rajin ber ibadah, sehingga iman seseorangakan baik jika dengan tindakan baik.
B.Saran
Dalam
penggulangan permasalahan remaja tidak hanya dituntut agar prilaku remaja
itu sendiri untuk berubah. Akan tetapi perlu bantuan dan dukungan baik dari
orang tua, guru dan lingkungan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih
bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta:
Erlangga.
Kaplan
dan Sadock.1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis (Edisi ke 7, Jilid 1). Jakarta. Binarupa Aksara.
http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/ diunduh pada tanggal 13 Mei 2012
http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/09/contoh-kenakalan-remaja.html diunduh pada tanggal 20 Mei 2012
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Kenakalan%20Remaja,%20Peran%20Orang%20Tua,%20Guru%20dan%20Lingkungan&&nomorurut_artikel=271 diunduh pada tanggal 25 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar