Mengenal Sistem Teknologi
Informasi
Dindin
Nugraha
dinesea@lycos.com
Istilah TI (
Teknologi Informasi ) atau IT ( Information Technology ) yang populer saat ini
adalah bagian dari
mata rantai
panjang dari perkembangan istilah dalam dunia SI ( Sistem Informasi ) atau IS (
Information
System ).
Istilah TI memang lebih merujuk pada teknologi yang digunakan dalam
menyampaikan maupun
mengolah
informasi, namun pada dasarnya masih merupakan bagian dari sebuah sistem
informasi itu sendiri. TI
memang
secara nota bene lebih mudah dipahami secara umum sebagai pengolahan
informasi yang berbasis pada
teknologi komputer
yang tengah terus berkembang pesat.
Sebuah
Sistem TI atau selanjutnya akan disebut STI, pada dasarnya dibangun di atas lima tingkatan dalam
sebuah
piramida STI. Berurutan dari dasar adalah : konsep dasar, teknologi, aplikasi,
pengembangan dan
pengelolaan.
Lisensi Dokumen:
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Seluruh
dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan
secara bebas
untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus
atau merubah
atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap
dokumen.
Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin
terlebih
dahulu dari IlmuKomputer.Com.
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Pengantar
STI
1. Konsep
Dasar
Konsep
memberikan pemahaman yang penting dan menyeluruh dari sebuah STI yang tengah
dibangun.
Setidaknya
ada 4 (empat) konsep dasar dari sebuah STI yang harus dipahami secara umum.
1. Konsep
tentang sistem yang tengah berlangsung atau berlaku. Ini penting karena STI
itu sendiri
adalah
sebuah sistem dan merupakan bagian dari sistem pula, misalnya dalam sebuah
perusahaan.
2. Konsep
tentang informasi. Informasi tentu saja adalah produk yang diharapkan dapat
dihasilkan dari
sebuah STI
dan informasi adalah sebuah fokus yang harus mendapatkan pemahaman serius
secara umum
dan merata.
Sudah menjadi sebuah permasalahan yang sering kali muncul manakala sering kali
didapati
sebuah
kenyataan bahwa terkadang sebuah STI tidak selalu menghasilkan informasi, bahwa
banyak dari
STI dapat
dinilai gagal karena ternyata bukan informasi yang dihasilkan, meskipun
didukung teknologi
yang cukup
memadai.
3. Konsep
yang menyangkut komponen-komponen pembentuk STI itu sendiri. Pemahaman akan
hal
tersebut
akan berguna saat proses penerapan STI dengan aplikasi – aplikasi berbeda
sambil tetap
mempertahankan
STI tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Aplikasi STI untuk Bagian Penjualan
sudah tentu
akan berbeda dengan aplikasi yang digunakan di Bagian Keuangan dan pasti
berbeda dengan
yang
diterapkan di Bagian Personalia, namun ketiganya merupakan bagian dari sebuah
STI yang lebih
luas dan
besar dan dibangun atas dasar yang sama. Konteks penerapannyalah yang membuat
ketiganya
memiliki
perbedaan.
4. Konsep
tentang pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari STI yang dikembangkan. Dengan
memahami
tipe-tipe/jenis-jenis pemanfaatan informasi, maka dapat diketahui
karakteristik/macam ragam
informasi
yang relevan untuk dihasilkan oleh sebuah STI.
2. Teknologi
Di atas
konsep dasar dapat ditentukan teknologi yang akan digunakan dalam STI yang akan
dikembangkan.
Dapat berupa
teknologi komputer, telekomunikasi atau teknologi apapun yang dapat memberi
nilai tambah
dalam proses
STI
3. Aplikasi
Pengaplikasian
dari STI dapat diterapkan dengan berbagai cara. Bisa diterapkan mengikuti
fungsi-fungsi
organisasi
atau tingkatan manajemen dimana STI tersebut akan diaplikasikan. Beberapa
contoh STI yang
diaplikasikan
mengikuti fungsi-fungsi organisasi yang ada misalnya, MIS (Marketing
Information System) untuk
Bagian
Penjualan, HRIS (Human Resources Information System) untuk Bagian
Personalia, atau FIS (Financial
Information
System)
untuk Bagian Keuangan. Sedangkan beberapa contoh STI yang diaplikasikan
mengikuti
fungsi-fungsi
manajemen yang ada misalnya, TP (Transaction Processing) dan PCS (Process
Control System)
untuk
manajemen level bawah, DSS (Decision Support System) atau sistem
penunjang keputusan, ES (Expert
System) atau
sistem pakar, kemudian ada EIS (Executive Information System) untuk
manajemen tingkat
menengah dan
atas.
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
4.
Pengembangan
STI dapat
dikembangkan melalui beberapa cara. Antara lain :
1. SDLC (
System Development Life Cycle ), yang menempuh tahapan analisis, desain,
implementasi dan
perawatan
dalam siklus hidupnya.
2. Metode
Paket (Package), yang merupakan pembelian modul dalam bentuk paket
STI.
3. Prototype,
mengandalkan pengembangan paket kecil secara terus-menerus selama digunakan
sampai
prototype tersebut
memiliki bentuk jadi yang diinginkan.
4. EUC (End
User Computing) yang dikembangkan para praktisi dari dalam/insourcing.
5. Outsourcing,
yang merupakan STI yang dikembangkan dan dioperasikan oleh pihak ketiga/vendor.
5.
Pengelolaan
Tahap paling
tinggi dari pengembangan STI adalah pengelolaan STI itu sendiri yang telah
beroperasi. Ada
2
(dua) isu
penting tentang pengelolaan STI.
1. Pertama,
pengendalian dan kontrol terhadap STI itu sendiri. Kontrol yang tidak dikelola
dengan baik
akan
menyebabkan STI tidak dapat mencapai tujuannya. Informasi yang diinginkan dari
STI mungkin
bisa menjadi
tidak akurat. Kontrol dan pengendalian di sini termasuk di dalamnya isu-isu
seputar
kemanan STI.
2. Kedua,
etika dan politik informasi yang juga harus diberikan perhatian yang cukup.
Pengelolaan di
bidang ini
yang dilakukan dengan tidak tepat mungkin akan menurunkan kinerja. Demikian
juga dengan
pengelolaan
politik informasi. Banyak STI yang secara teknis bagus, tetapi mengalami
kegagalan dalam
penerapannya
karena adanya politik informasi yang menggagalkan STI tersebut. Salah satu
diantaranya
adalah
adanya resistance to change atau keengganan berubah karena STI yang
diterapkan ini akan
menurunkan
kekuasaan atau kesempatan seseorang yang menyebabkan yang bersangkutan enggan
menerima STI
yang ada.
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Informasi
dalam STI
Dalam sistem
teknologi informasi, selanjutnya disebut STI, serumit apa pun atau sesederhana
apa pun
pengembangannya,
terdapat satu inti dan tujuan, yaitu menghasilkan informasi itu sendiri.
Sesederhana apa pun
STI yang
dikembangkan, jika bisa menghasilkan informasi yang diharapkan, maka
pengembangannya bisa
dikatakan berhasil.
Namun di lain pihak, secanggih apa pun STI yang dikembangkan, jika tidak dapat
menghasilkan
informasi yang diharapkan, maka pengembangan STI yang canggih tersebut
dikatakan gagal.
Kata ‘informasi’
telah menjadi urat nadi pengembangan STI. Lalu, apakah informasi itu
sendiri ? Telah
disepakati
secara umum, informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna
bagi para
pemakainya. Dalam
mencermati kalimat tersebut perlu diperhatikan bahwa data yang diolah menjadi
bentuk
yang berguna,
tidak hanya sekedar memiliki arti. Katakanlah, misalnya informasi “1,3
meter”, 1,3 meter jelas
memiliki arti
sebagai satu koma tiga satuan panjang yang bernama “meter”, namun tidak
begitu berguna bagi
orang yang
menginginkannya dalam satuan “centimeter”. Dengan demikian “1,3 meter” tersebut
harus diolah
kembali agar
menjadi berguna bagi orang yang memerlukannya. Misalnya dengan menyodorkan pada
orang
tersebut
konversi satuan meter ke centimeter, bahwa “1 meter” adalah sama dengan “100
centimeter” sehingga
kita bisa memberikan
kepadanya angka “130 centimeter”. Informasi tersebut kini menjadi berguna
bagi orang
yang
menginginkan informasi dalam satuan “centimeter”.
Di dalam
STI, sebuah informasi dapat dikatakan berguna apabila ditopang oleh tiga hal :
1. Tepat
pada kebutuhannya atau relevan
2. Tepat
pada waktunya atau timelines
3. Tepat
nilainya atau accurate
Dalam STI,
informasi yang tidak didukung oleh ketiga hal tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai informasi yang
berguna,
tetapi dapat dikatakan sebagai informasi sampah atau garbage. Kelak
anggapan tersebut memunculkan
hukum Gi
= Go (Garbage in = Garbage out / Sampah yang masuk = Sampah yang keluar).
Dalam
perkembangannya, informasi di dunia STI banyak dipengaruhi oleh keterlibatannya
dalam dunia
organisasi
bisnis yang memang merupakan konsumen terbesar dari pengembangan STI. Hal
tersebut
mengakibatkan
informasi dalam STI secara umum disebutkan memiliki 3 (tiga) tipe (Jogiyanto
HM) sebagai
berikut :
1. Informasi
Pengumpulan Data (Scorekeeping Information)
Merupakan informasi
yang mengambil bentuk berupa akumulasi atau pengumpulan data untuk
menjawab
pertanyaan, “ Am I doing well or badly ?” “Apakah saya sudah
mengerjakannya dengan baik
atau belum
?”. Dalam sebuah organisasi bisnis atau perusahaan, informasi ini berguna bagi
manajer
tingkat
bawah untuk mengevaluasi kinerja personel-personelnya.
2. Informasi
Pengarah Perhatian (Attention Directing Information)
Merupakan
informasi untuk membantu memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang
menyimpang,
ketidakberesan, ketidakefesienan dan kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan
informasi
tersebut untuk menjawab pertanyaan, “What problem should I look into ?” “Permasalahan
apakah yang
seharusnya saya cermati ?” Dalam sebuah organisasi bisnis atau perusahaan,
informasi tipe
ini akan
membantu manajemen menengah untuk melihat penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.
Penyimpangan
disini bisa berupa over budget biaya, target penjualan yang tidak
tercapai, pendapatan
perusahaan
yang menurun, biaya produksi yang meningkat diluar perkiraan atau lainnya. Yang
merupakan
perbedaan dari apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi dalam kenyataan, das
sein vs
das sollen.
3. Informasi
Pemecahan Masalah (Problem Solving Information)
Merupakan
informasi yang membantu pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan
yang
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
tengah
dihadapi. Informasi ini untuk menjawab pertanyaan “ Of the several ways of
doing the job,
which is the
best ?” Problem solving biasanya dihubungkan dengan keputusan-keputusan
yang tidak
berulang-ulang
serta situasi yang membutuhkan analisis yang dilakukan oleh manajemen tingkat
atas.
Masih
bersentuhan dengan pengembangan STI dalam sebuah organisasi yang bergerak di
bidang bisnis
khususnya,
informasi mengambil beberapa karakteristik. Karakteristik yang berbeda tersebut
biasanya
disebabkan
pembagian tingkat manajemen yang diberlakukan dalam sebuah organisasi bisnis.
Setiap level
manajemen
memiliki perbedaan fungsi dan fokus kerja sehingga membutuhkan informasi yang
relevan pula.
Karena
itulah sebenarnya, informasi mengikuti karakteristik dari tiap level manajemen
yang ada. Beberapa
karakteristik
yang bisa disebutkan antara lain :
1. Kepadatan
Informasi
Manajemen
tingkat bawah biasanya memerlukan informasi yang berkarakter mendetail dan
terperinci
atau dengan
kata lain, kurang padat. Hal tersebut terjadi karena manajemen level bawah
lebih banyak
berkecimpung
dengan tugas pengendalian operasi langsung. Sedangkan untuk manajemen yang
lebih
tinggi,
biasanya informasi makin tersaring, lebih ringkas dan semakin padat.
2. Frekuensi
Informasi
Frekuensi
informasi yang diterima manajemen yang berbeda akan berbeda pula. Untuk
manajemen
tingkat
bawah biasanya lebih cenderung rutin karena berkaitan dengan tugas dan pekerjaan
yang rutin
pula serta
berulang-ulang. Semakin tinggi level manajemen, informasi yang dibutuhkan akan
semakin
tidak rutin
dan seringkali ad hoc atau mendadak karena manajemen yang makin tinggi
seringkali
dihadapkan
pada pengambilan keputusan yang tidak terstruktur dimana pola dan waktunya
tidak pasti.
3. Jadwal
Informasi
Masih
berkaitan dengan frekuensi. Karakter informasi yang disajikan secara periodik
dan jadwal yang
jelas
biasanya dikonsumsi oleh manajemen tingkat bawah. Sedangkan manajemen yang lebih
tinggi
biasanya
tidak terjadwal.
4. Periode
Informasi Tersebut Dibutuhkan
Manajemen
tingkat bawah lebih membutuhkan informasi historis untuk mengevaluasi
tugas-tugas rutin
yang sudah
terjadi. Sedangkan karakter informasi yang dibutuhkan oleh manajemen yang lebih
tinggi
cenderung
informasi prediksi yang menyangkut nilai masa depan.
5. Akses
Informasi
Informasi
historis, rutin/periodik, berulang-ulang dapat diakses secara offline.
Sajian offline ini
ditujukan
untuk manajmen tingkat bawah. Sebaliknya, untuk manajmen tingkat atas yang
memerlukan
informasi
kapanpun diperlukan akses informasi secara online.
6. Luas
Informasi
Terfokus
pada masalah tertentu digunakan oleh manajmen tingkat bawah yang memang
mempunyai
tugas yang
khusus. Sedangkan untuk manajemen tingkat atas membutuhkan informasi yang
semakin
luas karena
manajemen tingkat atas berhubungan dengan permasalahan yang lebih luas.
7. Sumber
Informasi
Manajemen
tingkat bawah biasanya lebih terfokus pada pengendalian operasi internal perusahaan,
maka manajemen
tingkat ini memerlukan informasi yang bersumber pada internal perusahaan itu
sendiri.
Sedangkan
untuk menejemen tingkat atas yang berorientasi pada strategi dan perencanaan di
masa yang
akan datang
, selain informasi internal, diperlukan juga informasi yang bersumber dari eksternal
perusahaan
itu sendiri.
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
STI di
Persimpangan Jalan
Sudah bukan
rahasia lagi jika pengembangan Sistem Teknologi Informasi (STI) memakan biaya
yang tidak
sedikit,
apalagi jika yang dikejar adalah kualitas terbaik. Slogan ‘Harga Tidak Pernah
Bohong’ pun sudah jadi hal
yang wajar
dalam pengembangan STI. Namun, apa boleh buat ? Pengembangan STI pun tetap
dipaksakan untuk
bergulir
meskipun para pemainnya masih terkesan ‘malu-malu’ dan ‘setengah-setengah’
dalam menerjunkan
dirinya ke
tengah pertarungan di abad baru informasi yang dimotori oleh keajaiban
teknologi ini.
Banyak hal
yang menyebabkan hal demikian tersebut di atas. Memiliki STI yang tengah
dikembangkan sudah
pasti
memberikan prestise sendiri bagi pelakunya. STI juga tengah menjadi salah satu
ikon kecanggihan dan
bonafiditas
sebuah organisasi bisnis yang mengembangkannya. STI pun ditahbiskan sebagai
simbol modernitas
saat ini.
Dibalik semua itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk prestise, ikon
kecanggihan serta simbol
modrenisasi
jelas tidak sedikit. Belum lagi implementasi yang tidak berujung-pangkal dengan
jelas pun masih
terus
membayangi pengembangan STI di sebuah organisasi bisnis yang disebabkan adanya hambatan
yang
dihadapi
saat pengimplementasian yang muncul dari dalam organisasi itu sendiri, dan juga
tidak dapat
dipandang
sebelah mata. Di satu sisi sebuah organisasi bisnis mendambakan prestise, ikon
kecanggihan dan
simbol
modernitas sementara di sisi lain pada saat yang sama dihadapkan pada biaya
yang melangit dan
implementasi
yang bakal tersendat-sendat. Setidaknya, seperti itulah gambaran umum yang bisa
diambil saat ini
dalam
mengembangkan STI. STI setidaknya baru mencapai tahapan lipstik atau asesoris
dari sebuah organisasi
bisnis.
Dengan kata lain, pemaksimalan pengembangan STI belum mencapai tahapan yang
memang menjadi
sebuah motor
penggerak bisnis disebuah organisasi bisnis, katakanlah baru sekian persen yang
sedikit dari semua
pemain yang
berkecimpung mengembangkan STI untuk kepentingan organisasi bisnis mereka.
Lalu, apakah ada
fungsi yang
bisa diberdayakan dari STI itu sendiri untuk kepentingan organisasi bisnis ?
Menyambung
pertanyaan di atas, ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk menjawab
pertanyaan
tersebut.
Bagaimana dengan faktor persaingan / kompetisi bisnis ? Apakah STI bisa menjadi
salah satu faktor
dalam
menentukan daya saing misalnya.
Jika
mengikuti model Porter (1985), persaingan dibangun atas 5 (lima) ancaman bagi sebuah organisasi bisnis,
yaitu :
1. Pesaing
yang sudah ada (rivalry among existing competitor)
2. Ancaman
pesaing baru (threat of new entrants)
3. Ancaman
produk subtitusi/pengganti (threat of subtitute product and service)
4. Kekuatan
tawar-menawar dari pelanggan (bargaining power of consumers)
5. Kekuatan
tawar-menawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)
Ancaman-ancaman
tersebut sebetulnya sebuah kesempatan (oportunity) yang menguntungkan
apabila sebuah organisasi bisnis mampu mengatasi hubungan pelanggan, pemasok
produk dan jasa subtitusi
“Apakah STI
bisa berperan di bidang tersebut ? “
Tiga
serangkai Applegate, Mc Farlan dan Mc Kenny (1996) menjawab pertanyaan tersebut
di atas dengan
mengajukan 5
(lima)
pertanyaan berikut ini :
1. Dapatkah
STI merubah dasar persaingan ?
Pertanyaan
ini diajukan untuk menjawab ancaman dari pesaing-pesaing yang sudah ada. STI
harus bisa
berperan
merubah dasar cara bersaing. Contoh terbaik adalah penjualan buku lewat
internet yang
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
dilakukan
oleh www.amazon.com yang revolusioner. Dan ketika perusahaan sejenis mulai
bermunculan,
amazon.com
segera merubah taktik dengan menjalin kerjasama dengan situs-situs terkemuka di
dunia
dengan
menempelkan bannernya dan perkembangan yang terjadi kemudian justru kini banya
situs yang
mendaftarkan
diri ke amazon.com sebagai link dari amazon.com dengan pembagian keuntungan
yang
layak.
2. Dapatkah
STI membangun halangan-halangan untuk masuk bagi pesaing ?
Untuk
mengatasi ancaman pesaing-pesaing baru, perusahaan dapat melakukannya dengan
membangun
halangan-halangan
untuk masuk sebagai mekanisme pertahanan diri. Ada banyak cara untuk melakukan
hal
tersebut. Membuat produk skala ekonomis, membuat biaya berpindah, menguasai
akses ke chanel
distribusi,
membuat produk atau jasa yang berbeda atau menciptakan biaya yang mahal untuk
kompetisi.
Dalam bidang
ini, STI disebut sebagai pemampu (enabler) karena memang potensial untuk
menciptakan
hal tersebut..
3. Dapatkah
STI digunakan untuk menghasilkan produk-produk baru ?
Pertanyaan
ini diajukan untuk menjawab ancaman dari produk-produk baru yang biasanya
dimotori oleh
bidang Research
and Development yang didukung oleh STI yang canggih.
4. Dapatkah
STI membangun biaya berpindah ?
Pertanyaan
ini berhubungan dengan kekuatan tawar-menawar dari para konsumen atau
pelanggan.
Sudah diakui
oleh kalangan bisnis jika para pelanggan memiliki kekuatan tawar-menawar. Untuk
menjadikan
pelanggan tetap setia dan loyal, kekuatan tawar-menawar pelanggan tersebut
harus
dikurangi.
Pelanggan harus dikunci untuk tetap setia dan loyal. Cara yang paling efektif
untuk mengunci
pelanggan
agar tetap loyal adalah dengan menimbulkan swiching costs/biaya
berpindah. Contoh terbaik
adalah dari
perusahaan McKesson corp, sebuah perusahaan obat. McKesson memberikan
terminal-terminal
kepada para pelanggannya, toko-toko obat dan apotik yang digunakan untuk
pemesanan
obat secara online. Pelanggan McKesson mempunyai 2 (dua) alternatif, memesan
obat pada
McKesson
dengan beberapa keuntungan dengan menghemat beberapa macam biaya seperti biaya
kesalahan,
biaya finansial, biaya waktu dan biaya kenyamanan. Atau memesan ke supplier
obat lainnya
dengan
mengeluarkan biaya pulsa telepon, biaya kertas facs, resiko kekeliruan dalam
pemesanan dan
kekurang
nyamanan dalam melakukan pemesanan.
5. Dapatkah
STI merubah keseimbangan kekuatan dari hubungan dengan pemasok ?
Pertanyaan
ini adlah untuk menjawab ancaman kekuatan tawar-menawar dengan pemasok/supplier.
Pemasok
mempunyai kekuatan tawar-menawar untuk menentukan harga barang dan waktu
pengiriman
barang
terutama untuk barang yang langka atau cepat terserap habis di pasaran atau
barang-barang yang
memiliki
permintaan yang tinggi dari konsumennya. Kekuatan pemasok tersebut bisa
diimbangi dengan
cara menimbulkan
persaingan antar pemasok dan memilih pemasok yang terbaik. Salah satu contohnya
adalah ritel
WalMart dan Macro (Indonesia).
Perusahaan tersebut meminta pemasoknya untuk
mengontrol
sendiri inventorinya masing-masing dan mengecek faktur pengiriman dan
tagihan-tagihan
pemasok itu
sendiri via web/internet maupun saling menghubungkan STI dengan para
pemasoknya.
Dengan cara
ini, Wal Mart dan Macro dapat menghemat biaya persediaan barang dan biaya-biaya
administrasi
lainnya dan meningkatkan akurasi data serta efesiensi kerja serta memilih
pemasok yang
terbaik
untuk memasarkan produk-produk sejenis.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas sudah pasti mempunyai nilai strategis dan
kesempatan-kesempatan
strategis
dalam memanfaatkan STI semaksimal mungkin untuk kepentingan sebuah organisasi
bisnis. Lalu, apa
yang harus
dilakukan untuk tidak membuang nilai dan kesempatan strategis tersebut
agar tidak terbuang
percuma ?
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Porter dan
Millar (1986) mengajukan 5 (lima)
tahapan yang bisa diambil untuk menjangkau nilai dan
kesempatan
strategis tersebut :
1. Menilai
Intensitas Informasi
Porter dan
Millar mengusulkan untuk mengecek setiap kegiatan di rantai nilai organisasi
untuk melihat
intensitas
kebutuhan informasinya. Kegiatan yang mengandung intensitas informasi yang
tinggi akan
semakin
bernilai strategis dan mempunyai kesempatan mendapatkan keunggulan strategis.
2.
Menentukan Peran STI di Struktur Organisasi
Peran STI
untuk menambah nilai perlu diidentifikasi dan ditentukan secara jelas. Apakah
untuk
meningkatkan
respon bagi pelanggan, penyedia informasi strategis atau lainnya.
3.
Menentukan Pioritas Apa yang Bisa Dilakukan STI
Mengidentifikasi
dan merangking (berdasarkan prioritas/fokus) cara-cara yang dapat dilakukan STI
untuk
membuat keuntungan strategis.
4. Meneliti
Kemungkinan STI dalam mengembangkan bisnis baru
5. Membuat
Rencana untuk Mengambil Keuntungan dari STI
STI harus
direncanakan pararel dengan perencanaan bisnis untuk mendapatkan keuntungan
dari STI
yang
dikembangkan.
Sementara
itu, melengkapi model Porter dan Millar dalam memposisikan STI untuk menjangkau
nilai dan
kesempatan
strategis, model Peter G. Keen yang dikenal dengan nama Keen’s reach
and range memberikan
framework berdasarkan
2 (dua) faktor :
1. Jangkauan
( Reach )
Jangkauan
menunjukkan letak dari STI , apakah terletak di dalam (internal) ataukan sudah
di luar
(eksternal),
inside organisasi ataukan outside organisasi.
2. Lingkupan
( Range )
Lingkupan
menunjukkan luas dari aplikasinya.
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Jangkauan /
Reach
Siapapun,
dimanapun E
kapanpun
Pihak Luar
dgn STI
platform
berbeda
Pihak Luar
dgn STI D
platform
sama
Outside /
Eksternal
Inside /
Internal
Akses dalam
organisasi C
lokasi
global
Akses dalam
organisasi B
lokasi
domestik
Dalam satu
lokasi A
Lingkupan / Range
Gambar 1 :
Keen’s Reach and Range
Pada
awalnya, sebuah perusahaan yang pertama kali menerapkan pengembangan STI,
jangkauannya masih
berada di
internal perusahaan dengan lingkup aplikasi yang masih sedikit yang digambarkan
dengan titik “A”,
namun
selanjutnya akan semakin berkembang dengan posisi STI di titik “B” dan
seterusnya.
Menarik
untuk menyertakan sebuah perjalanan supllies rumah sakit dari Amerika, American Hospital Supply
Company
(AHSC) dalam
meraih nilai dan kesempatan strategis dalam Model Poter dan Millar dalam ruang
lingkup
Keen’s Reach and Range.
1. STI mulai
diterapkan AHSC sejak tahun 1950 dan sampai dengan awal 1960 STI yang digunakan
masih
berorientasi
pada operasi internal dan managemen kontrol.
2. Tahun
1964 STI AHSC mulai ditarik keluar untuk membantu rumah-rumah sakit lokal dalam
mengendalikan
persediaan barangnya dengan menggunakan teknik EDI ( Electronic Data
Interchange)
yang paling
awal dan sederhana. Menggunakan kartu plong dan unit card reader yang kemudian
meneruskan
pesanan barang ke AHSC melalui jaringan telepon. Dampak positifnya, order
barang
semakin
akurat, waktu pengiriman barang menurun dan persediaan barang yang mengendap di
rumah
sakit juga
menurun. Sistem ini kemudian disebut ASAP (As Soon As Posible).
3. Dengan
munculnya komputer personal, ASAP ditingkatkan. Kartu-kartu plong mulai
ditinggalkan dan
mulai
beralih pada komputer micro serta mainframe yang terhubung secara online dari
AHSC dengan
rumah sakit
yang menjadi langganannya. Pada tahap ini pula, diimplemntasikan VIP, sebuah
STI yang
menghubungkan
AHSC dengan para pemasoknya. Hasil kombinasi dari ASAP dan VIP ini adalah
peningkatan
produktifitas pengolahan order sebesar US$ 11 Juta dengan peningkatan
pendapatan untuk
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
10
AHSC sebesar
US$ 4-5 juta.
4. Tahun
1985, AHSC kemudian dibeli oleh Baxter Travenol yang kemudian bekerja
sama dengan
General
Electric Information Service (GEIS) membuat ASAP generasi baru yang diberi
nama ASAP
Express. Sistem ini
mengintegrasikan VIA dan ASAP untuk membuat jaringan elektronik untuk
supplies
rumah sakit yang difasilitasi GEIS.
5. Tahun 1994,
Baxter Travenol meninggalkan ASAP dan mulai bekerja sama dengan Bergen
Burnsweig
(distributor
farmasi), Boise Cascade (distributor produk-produk kantor), Eastman
Kodak (pemasok
sistem
gambar/image) dan TSI International (pemasok perangkat lunak dan
EDI) untuk membuat
sistem
dengan nama OnCall. Sistem ini menyediakan hubungan langsung ke
masing-masing pihak
melalui e-commerce.
STI memang
berada di simpang jalan antara fungsinya sebagai asesoris dan sekedar lipstik
dengan STI sebagai
kekuatan
yang sangat besar dalam mengembangkan usaha dari sebuah organisasi bisnis. Jadi,
pilih mana ?
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Outsourcing
Percepatan Pengembangan
STI
American
Hospital Supply Company (AHSC) memulai pengembangan Sistem Teknologi Informasi
(STI) sejak
tahun 1950
untuk mencapai tingkat pengembangan STI pada saat ini. Sebuah usaha
pengembangan STI yang
terus-menerus,
memakan waktu yang lama dan sudah pasti memakan biaya yang sangat besar. Namun,
pada saat
ini, tidak
semua organisasi bisnis sepakat dengan apa yang ditempuh oleh AHSC untuk
mengembangkan STI.
Faktor
persaingan bisnis yang sarat strategi, bidang persaingan bisnis yang semakin
meluas dan kompleks,
perkembangan
teknologi yang sangat cepat membuat organisasi-organisasi bisnis ini memutar
otak lebih keras
untuk bisa
mengembangkan STI tanpa mengganggu fokus bisnis mereka baik dari segi budget,
strategi maupun
sumberdaya
organisasi lainnya. Dengan kata lain mereka mengharapkan pengembangan STI yang
progresif,
cepat dalam
pengembangan, cepat dalam implementasi, berkelas, berkualitas tinggi, solid dan
ditangani oleh
para expert
/ pakar dibidangnya sekaligus sanggup membawa organisasi bisnis mereka memiliki
kemampuan
daya saing
yang meningkat dan tidak ragu untuk terjun dibidang persaingan bisnis yang
global. Nyaris dengan
cara instan.
Gagasan-gagasan
seperti itulah yang kemudian melahirkan istilah pengembangan STI metode Outsourcing,
sebuah
metode pengembangan STI secara terpadu yang dikembangkan dan dikelola oleh
pihak ketiga.
Motode
outsourcing ini menjadi pilihan karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai
berikut :
1. Biaya
teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak
berinvestasi lagi
tetapi
menyerahkan pada pihak ketiga dalam bentuk outsourcing yang terhitung lebih
murah
dibandingkan
mengembangkan sendiri dikarenakan outsourcer menerima jasa dari perusahaan
lainnya
sehingga
biaya tetap outsourcer dapat dibagi ke beberapa perusahaan yang memanfaatkan
jasanya.
2.
Mengurangi waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih lebih dari
satu sekaligus untuk
bekerja sama
untuk menyediakan jasa ini kepada perusahaan.
3. Jasa yang
diberikan oleh outsourcer telah dikembangkan oleh para ahlinya
4. Suatu
perusahaan mungkin tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi
sedangkan
outsourcer
memilikinya
5.
Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi dan
tranfer pengetahuan
yang
dimiliki outsourcer.
6.
Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi
7.
Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal
8.
Perusahaan dapat memfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting
Sedangkan
paket-paket aplikasi yang terintegrasi dalam sebuah metode outsourcing biasa
disebut ERP
(Enterprise
Resources Planning), suatu perangkat lunak / software dengan
aplikasi yang terintegrasi dengan
baik untuk
digunakan secara luas dalam organisasi bisnis. Termasuk di dalamnya TPS
(Transaction Processing
System)
ditambah dengan sistem-sistem informasi fungsional yang terintegrasi.
Aplikasi-aplikasi yang
terintegrasi
itu biasanya dapat digolongkan dalam fungsi-fungsi akuntansi, keuangan, sumber
daya manusia,
pemasaran,
logistik dan lainnya. Aplikasi yang menyangkut fungsi akuntansi biasanya modul
buku besar, piutang
dagang,
hutang dagang, aktiva tetap, manajemen kas dan akuntansi. Fungsi keuangan
dikelola oleh modul
analisis
portofolio, analisis resiko, analisis kredit, manajemen aktiva, sewa guna dll.
Aplikasi ERP untuk fungsi
SDM
diantaranya rekruitmen, penggajian, manajemen personil, pengembangan karyawan
dan manajemen
kompensasi
serta lainnya. Dibudang pemasaran meliputi manajemen relasi pelanggan,
pemasukkan order dan
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
pemrosesan
order dll. Sedangkan ERP dibidang logistik biasanya perencanaan produksi,
menejemen material
dan
manajemen pabrik.
ERP berbeda
dengan paket-paket komersial lainnya. Perbedaannya antara lain :
1.
Modul-modul ERP terintegrasi lewat basis data yang umum. Sebagai misalnya, jika
terjadi transaksi
order
penjualan di suatu tempat, maka hasil dari transaksi ini akan langsung
berakibat di basis data
untuk modul
yang lainnya, misalnya modul akuntansi, logistik, pengiriman dll
2.
Modul-modul ERP dirancang sesuai dengan proses bisnis yang mengikuti proses
rantai nilai (value
chain) atau
rantai penyediaan (supply chain) yaitu aktivitas mulai dari logistik bahan
mentah, produksi,
logistik
bahan jadi, penjualan dan pemasaran dan sebagainya. Dengan kata lain modul ERP
dirancang
mengikuti
proses bisnis dari hulu hingga hilir.
Manfaat ERP
menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh Martin (et al., 2002)
menunjukkan adanya 6
(enam)
keuntungan dengan menerapkan paket ERP. 3 (tiga) keuntungan berhubungan dengan
masalah bisnis, 2
(dua)
berhubungan dengan STI dan 1 (sastu) berhubungan baik bisnis maupun STI.
Tiga keuntungan
yang berhubungan dengan masalah bisnis antara lain :
1. Integrasi
data yang menyebabkan akses data ke unit bisnis lain, fungsi-sungsi lain,
proses-proses dan
organisasi
meningkat.
2.
Menyediakan cara lain untuk melakukan bisnis yaitu lewat rekayasa proses
bisnis (business process
reengineering)
menuju
ke orientasi proses dan pengurangan biaya proses bisnis.
3.
Menyediakan kemampuan global dengan menyediakan globalisasi lewat proses bisnis
yang umum dan
kelas dunia
yang berstandar internasional.
Kedua keuntungan
yang berkaitang dengan STI :
1. Manfaat
menerapkan paket yang sudah jadi bukan membangunnya dari bawah. Manfaat yang
diperoleh
adalan
manfaat waktu yang lebih cepat, biaya yang relatif murah dan kemampuan dari
paket.
2.
Memanfaatkan arsitektur teknologi informasi yang digunakan yang dapat menghemat
biaya
Sedangkan sebuah
manfaat bagi bisnis dan STI adalah fleksibilitas menggunakan teknologi
client server yang
mudah
dikembangkan sesuai dengan pertumbuhan bisnis.
Penelitan
yang dilakukan oleh Martin et al. (2002) membagi 2 (dua) tujuan organisasi
menerapkan ERP :
1. Untuk
menerapkan aktivitas mata rantai proses bisnis dari hulu hingga hilir dalam
satu kesatuan yang
terintegrasi
dengan baik.
2. Untuk
mendukung aktivitas bisnis fungsional meliputi proses-proses akuntansi,
keuangan, sumber daya
manusia dan
fungsi-fungsi lainnya.
Pada saat
ini ada beberapa penjual jasa outsourcing lengkap dengan ERP-nya antara lain Oracle,
SAP
(Systemabalyse
und Programmentwicklung), Baan, J.D. Edwards, IFS (Industrial and Financial
System),
Peoplesoft
dan lain-lain. Untuk saat ini Oracle dan SAP adalah yang paling banyak dipakai
di dunia. Outsourcing
dan ERP-nya
cukup fleksibel dalam masalah pengelolaannya. Ada 4 (empat) alternatif pengelolaan outsourcing
ini :
1. Buy-In
(Beli ERP dikelola internal), yaitu outsourcer menyediakan sumberdaya STI
seperti pemogram
komputer
namun untuk pengelolaan kegiatan-kegiatan STI masih dikerjakan di departemen IT
secara
internal.
Departemen IT internal ini bertanggungjawab menyediakan hasilnya. Hubungan
kerjasama
antara
perusahaan dengan outsourcer biasanya hanya hubungan bisnis berjangka pendek.
2.
Prefferred Supplier (Pemasok terpilih), sama seperti buy-in, namun hubungan
bisnis antara perusahaan
dan
outsourcer berjangka panjang.
3.
Contract-Out (kontrak penuh), yaitu outsourcer menyediakan sumber-sumber daya
STI semacam
pemogram
komputer, mengelola kegiatan-kegiatan STI dan bertanggung jawab menyediakan
hasilnya.
4.
Prefferred Contractor (Kontraktor terpilih),yaitu perusahaan dan outsourcer
membangun kerjasama
jangka
panjang.
Artikel
Populer IlmuKomputer.Com
Copyright ©
2003 IlmuKomputer.Com
Sedangkan
hambatan-hambatan yang bisa muncul saat mengembangkan metode outsourcing dengan
paket
ERP-nya
antara lain :
1. Implementasi
ERP bukan hal yang bisa dianggap enteng dan organisasi harus merubah cara
mereka
berbisnis.
Hal tersebut mungkin akan bertambah sulit dengan adanya resistance to change
dari personil
yang terkena
imbasnya akibat perubahan proses bisnis.
2. Biaya
Implementasi ERP yang cukup mahal dan tidak semua organisasi bisnis sanggup
menanggungnya.
3.
Permasalahan kesiapan para personil yang mungkin kurang dari segi mental maupun
keahliannya.
REFERENSI
1. [Jogiyanto
HM. 2003] Sistem Teknologi Informasi terbitan Andi Offset Yogjakarta.
2.
Sumber-sumber terkait lainnya.
BIOGRAFI PENULIS
Dindin
Nugraha.
Lahir di Bandung, 11 Oktober 1976. Menamatkan SMU di SMUN 10 , Bandung pada tahun 1995.
Menyelesaikan
program D1 pada jurusan Informatika dan Ilmu Komputer di Bandung pada tahun
1996-1997. Saat ini tengah
bekerja
sebagai praktisi TI di sebuah perusahaan distributor minuman swasta nasional.
Informasi
lebih lanjut tentang penulis ini bisa didapat melalui:
Email:
dinesea@lycos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar