PENDAHULUAN
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan
manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Kata “remaja” berasal dari bahasa
latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan
remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent)
secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Definisi remaja
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi
dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira
kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa
remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi
badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik
seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan
dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja
artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan
perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki
peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. Remaja
juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk
memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut
Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock
(2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh
para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu
- 12 – 15 tahun
- masa remaja awal, 15 – 18 tahun
- masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
- masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja
menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12
– 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 –
21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini &
Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Menurut Papalia dan Olds (2001),
masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota
(dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun.
Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13
hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18
tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa
remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa.
Papalia & Olds (2001)
berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa.
Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa
remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun
sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa
kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan
masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif
yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia
& Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan perkembangan
adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds,
2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan
tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir
secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam
kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek
perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan
fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Aspek-aspek perkembangan pada
masa remaja
1.
Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan
fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan
ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari
tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa
yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan
Olds, 2001).
2.
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock,
2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun
dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung
diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide
lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak
saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu
mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.Perkembangan
kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut
tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia
& Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu
tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja
tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar
terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai
tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu
hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu
memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat
ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang
remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah
mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai
membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang
terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk
berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai
peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan
kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah
kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds,
2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat
suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind
(dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan
salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah
personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu
cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri,
tetapi [cerita] itu tidaklah benar” . Kata fabel berarti cerita rekaan yang
tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel
biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki
karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari
sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan
mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :
“Personal fable adalah keyakinan
remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief
egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja
yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya
seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena
perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia
tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau
remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan
mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi
pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja
memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka
tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang
populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja
(Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang
memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan
perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian
membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan
yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak
diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama
antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan
demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang
dewasa adalah sama.
3.
Perkembangan kepribadian dan social
Yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan
menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan
dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan
kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang
dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang
unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds,
2001).
Perkembangan sosial pada masa
remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger,
1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih
banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler
dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan
demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh
lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah
mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya
sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh
tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui
dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang
perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993;
Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001)
mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi
remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi
remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara
berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya
(Conger, 1991).
PERUBAHAN REMAJA
Perubahan yang
paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi
pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal
tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual
membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi
sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering
berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan
bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Pada masa
remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada
masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan
fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan
self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu
juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi
pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh
norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Perkembangan
atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh
Monks dkk. (1994), kadang-kadang lebih cepat daripada perkembangan badan. Oleh
karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang
tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena
pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan
dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap
badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya
telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan
sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.
Secara umum
perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
• Pertumbuhan payudara (3 – 8 tahun)
• Pertumbuhan payudara (3 – 8 tahun)
• Pertumbuhan
rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
• Pertumbuhan
badan (9,5 – 14,5 tahun)
•
Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
• Pertumbuhan
bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
• Kelenjar
menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Laki-laki
• Pertumbuhan
testis (10 – 13,5 tahun)
• Pertumbuhan
rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
• Pembesaran
badan (10,5 – 16 tahun)
• Pembesaran
penis (11 – 14,5 tahun)
• Perubahan
suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
• Tumbuhnya
rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
• Kelenjar
menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Sebagian besar remaja
tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan
remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan
berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian
tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan
selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-k Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang
batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan
tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa
remaja ini adalah masa peralihan.
Dengan mengetahui berbagai
tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan
para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus
dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui
masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat
kepribadian dan jiwanya.
Permasalahan yang sering
muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang
baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak
mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak
jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang
seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para
remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua dan pendidik, yang
menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil dalam pendidikan
remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan para orang
tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat untuk
mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.
Dunia psikologi sangatlah luas
dan menarik untuk di kaji dan kembangkan, melihat dari sisi psikologi
perkembangan remaja, terlintar pada pikiran kita tentang kenangan indah pada
saat kita masih menjalaninya. Mulai dari kenakalan kita, cinta monyet waktu smu
dll.dengan dasar itulah kali ini evi yulianti sengaja
membahas tentang psikologi perkembangan remaja. Semoga bermaanfaat.
Psikologi perkembangan remaja dapat di pisahkan dengan pengkategorian melalui kesulitan kesulitan yang sering dialami oleh remaja,tuntutan psikologi untuk remaja serta periode pada saat kita remaja. Penjabarannya sebagai berikut :
1. sejumlah kesulitan yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
- Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya periang dan berseri-seri dan yakin.
- Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat.
- Membolos
- Perilaku anti social, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif
- Penyalahgunaan obat bius
- Psikosis
2. Tuntutan psikologis masa remaja
- Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkanya secara efektif
- Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang lain
- Remaja mampu bergaul lebih matang dengann kedua jenis kelamin
- Mengetahu dan menerima kemampuan diri sendiri
- Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
3.Periodisasi
perkembangan masa remaja
Pada umumnya masa remaja dapat
dibagi dalam dua periode yaitu :
1. Periode masa puber usia 12-18 tahun
1. Periode masa puber usia 12-18 tahun
a) Masa pra pubertas = peralihan
dari masa kanak-kanak kemasa awal pubertas.
Cirinya :
Cirinya :
- Anak mulai bersikap kritis
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
2. Masa pubertas usia 14-16 tahun
= masa remaja awal
Cirinya :
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
- Mulai adanya mimpi basah
3. Masa akhir pubertas usia 17-18
tahun + peralihan dari masa pubertas kemasa adolesen
Cirinya :
Cirinya :
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
4. Periode remaja adolesen usia
19-21 tahun (Merupakan masa akhir remaja)
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah :
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah :
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realita
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya
Dengan kondisi tersebut, dapat
disimpulakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana seseorang atau manusia
dalam proses menuju pencarian jati diri di masa awal kehidupan yang sebenarnya
pada dirinya serta Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam
pembentukan jati diri seseorang, oleh karenanya psikologi perkembangan remaja
dapat dikatakan faktor yang sangat berperan di dalamnya.
Bagi anak
gadis, perkembangan fisik yang berhubungan dengan aspek seksual yang terjadi
selama masa puber memiliki ciri-ciri yang amat khas. Walaupun masing-masing
anak dapat berbeda dalam perkembangannya tetapi umumnya ciri-ciri standart
perkembangan tersebut adalah :
* Perkembangan
mulai kira-kira pada umur 11 tahun.
* Berikutnya
buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat.
* Rambut di
kemaluan mulai tumbuh.
* Uterus,
vagina. Labia dan clitoris mulai membesar ukurannya.
* Selanjutnya
bulu di kemaluan mulai terlihat jelas dan buah dada semakin membesar.
* Perkembangan
secara fisik ini mencapai puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun.
* Pada puncak
perkembangan ini menstruasi mulai datang.
* Setelah fase
ini mereka akan dapat melakukan pembuahan ( konsepsi ) kira-kira setahun
setelah menstruasi datang.
Ketika
pertumbuhan ini sedang terjadi, ada kalanya tubuh seorang anak gadis tumbuh
secara asimetris. Misalnya, kaki mereka tumbuh lebih dulu. Lalu tungkai dan
lengan. Selanjutnya baru bagian tubuh lainnya. Ada kalanya ketika pertumbuhan
ini sedang terjadi mereka tampak lucu dan ini kadang kala dapat membuatnya
minder. Misalnya ukuran kaki yang tiba-tiba dirasakan besar sekali. Untuk itu
orang tua sebaiknya membantu mereka dengan menjelaskan tentang pertumbuhannya
itu melalui informasi-informasi yang benar.
Perkembangan gadis selama pubertas
Bagi anak gadis, perkembangan
fisik yang berhubungan dengan aspek seksual yang terjadi selama masa puber
memiliki ciri-ciri yang amat khas. Walaupun masing-masing anak dapat berbeda
dalam perkembangannya tetapi umumnya ciri-ciri standart perkembangan tersebut
adalah :
* Perkembangan mulai kira-kira
pada umur 11 tahun.
* Berikutnya buah dada mulai
tumbuh dan pantatnya makin membulat.
* Rambut di kemaluan mulai
tumbuh.
* Uterus, vagina. Labia dan clitoris
mulai membesar ukurannya.
* Selanjutnya bulu di kemaluan
mulai terlihat jelas dan buah dada semakin membesar.
* Perkembangan secara fisik ini
mencapai puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun.
* Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai datang.
* Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai datang.
* Setelah fase ini mereka akan
dapat melakukan pembuahan ( konsepsi ) kira-kira setahun setelah menstruasi
datang.
Ketika pertumbuhan ini sedang
terjadi, ada kalanya tubuh seorang anak gadis tumbuh secara asimetris.
Misalnya, kaki mereka tumbuh lebih dulu. Lalu tungkai dan lengan. Selanjutnya
baru bagian tubuh lainnya. Ada kalanya ketika pertumbuhan ini sedang terjadi
mereka tampak lucu dan ini kadang kala dapat membuatnya minder. Misalnya ukuran
kaki yang tiba-tiba dirasakan besar sekali. Untuk itu orang tua sebaiknya
membantu mereka dengan menjelaskan tentang pertumbuhannya itu melalui
informasi-informasi yang benar.
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.Setiap tahap usia manusia
pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal
melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap
perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut.
Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya
secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja
ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat
menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang
dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal
kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa
remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya
(masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
MASA REMAJA
Fase remaja
merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957)
mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai
dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of
time.
Kita menemukan
berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :
• Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
• Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
• G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
• Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
• Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
• G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
Para ahli
umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun
sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini
terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini
ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2)
remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja
ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis,
yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si
remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri
secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan
kriminal.
Permasalahan
yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Problema
berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.Pada masa remaja awal
ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si
remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama
melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak
akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal
merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun
dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si
remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era
globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting
untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya
hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan
sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek
emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
Problema
berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Problema
berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.Masa remaja disebut
juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian
identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku
imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia
akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja
akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada
masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia
menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang
yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi
akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang
telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya.
Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan
problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.
PERKEMBANGAN IDENTITAS REMAJA
Masa remaja
merupakan periode perkembangan dibentuk baik oleh terungkapnya biologi dan oleh
norma-norma sosial dan budaya dan harapan. Menurut Erickson, masa remaja
ditandai dengan berbeda ‘krisis’, mereka menghadapi beberapa titik penting
dalam mengembangkan ‘identitas’. Mereka menjawab atau setidaknya menghadapi
pertanyaan identitas tentang pandangan dunia, arah karir, kepentingan,
orientasi jenis kelamin, nilai-nilai, filsafat hidup, dan aspirasi untuk masa
depan. Seperti remaja ‘menjadi orang’ mereka menghabiskan berjam-jam di ruang
kelas dan sekolah dalam interaksi konstan dengan guru, teman sebaya, ide dan
kegiatan.
Erikson
(Pajares 2001, pp.120) menyimpulkan bahwa manusia semua memiliki kebutuhan
dasar yang sama dan bahwa setiap masyarakat harus menyediakan beberapa cara
bagi kebutuhan tersebut. Dia melihat pembangunan sebagai suatu bagian melalui
serangkaian tahap, masing-masing dengan tujuan tertentu nya, kekhawatiran,
prestasi, dan bahaya. Pada setiap tahap, ia menyarankan, individu menghadapi
krisis perkembangan (konflik antara alternatif yang positif dan alternatif yang
berpotensi tidak sehat). Cara citra diri seseorang dan pandangan masyarakat.
Resolusi tidak sehat masalah pada tahap awal dapat memiliki dampak negatif
potensial melalui hidup, meskipun kadang-kadang kerusakan dapat diperbaiki di
tahap-tahap selanjutnya.
Menurut Erikson
((Ziegler 1992pp.197), ditandai oleh tahap identitas ego vs kebingungan peran.
Remaja, fokus tahap kelima di grafik Erikson tentang siklus hidup, dianggap
sebagai sangat signifikan dalam perkembangan psikososial orang tersebut. Tidak
lagi seorang anak tapi belum dewasa (berusia antara 12 dan 20 tahun), remaja
dihadapkan dengan berbagai tuntutan sosial dan perubahan peran yang penting
untuk memenuhi tantangan yang dihadapi dewasa Tugas mereka adalah untuk
mengkonsolidasikan semua pengetahuan mereka. telah mendapatkan tentang diri
mereka sendiri dan mengintegrasikan diri ini berbagai gambar menjadi identitas
pribadi yang menunjukkan kesadaran baik masa lalu dan masa depan yang logis
dari itu. Definisi Erikson mengungkapkan tiga unsur yang terlibat dalam pembentukan
identitas. Pertama, orang muda harus memahami diri mereka sebagai memiliki
‘kesamaan dalam dan kesinambungan’ dari waktu ke waktu. Kedua, orang lain yang
signifikan juga harus melihat suatu ‘kesamaan dan kesinambungan’ dalam pribadi,
dan akhirnya, mereka harus memiliki ‘keyakinan yang masih harus dibayar “dalam
korespondensi antara garis internal dan eksternal kontinuitas . Dalam penilaian
Erikson, dasar bagi remaja sukses dan pencapaian identitas terintegrasi berasal
dari anak usia dini Kegagalan orang muda untuk mengembangkan hasil identitas
pribadi dalam apa Erikson telah disebut ‘krisis identitas.. Krisis identitas
atau kebingungan peran yang paling sering ditandai oleh ketidakmampuan untuk
memilih karir atau mengejar pendidikan lebih lanjut.
Sayangnya,
sistem pendidikan menghasilkan elit, tapi pada kali, menghasilkan banyak
pecundang juga. Sistem pendidikan di Hong Kong bisa dicirikan sebagai
pemeriksaan-driven. Dengan penekanan pada ‘tujuan kinerja’, siswa prihatin
tentang mencoba untuk menjadi yang terbaik, ada kemungkinan bahwa orientasi ini
akan menghasilkan dampak negatif yang lebih atau kecemasan, meningkatkan
kemungkinan gangguan dan pikiran yang tidak relevan dan bahwa hal ini akan
mengurangi kapasitas kognitif , tugas keterlibatan, dan kinerja. Sifat
pendidikan di Hong Kong menghambat daripada memelihara identitas yang positif
antara siswa remaja.
Karena
‘seseorang menjadi’ pekerjaan Erikson, pendekatan lain untuk pemahaman dan
identitas telah muncul. Beberapa perspektif yang paling berpengaruh dan
berharga mempertimbangkan perkembangan rasa diri adalah skema diri. Self-skema
yang abadi dari konsepsi diri yang memediasi perilaku ((Pajares 2001, pp.121).
Salah satu yang paling banyak dibahas dan diteliti skema diri adalah konsep
diri. Konsep diri umumnya mengacu pada ‘komposit ide, perasaan, dan sikap orang
tentang diri mereka sendiri “Kita dapat mempertimbangkan konsep diri menjadi
upaya kami untuk menjelaskan diri kita sendiri, untuk membangun suatu skema
yang mengatur kesan kita, perasaan dan sikap tentang diri kita sendiri.. Ini
adalah struktur kognitif (keyakinan tentang siapa kita adalah). Konsep diri dan
harga diri sering digunakan secara bergantian, meskipun mereka memiliki arti
yang berbeda Harga diri merupakan reaksi afektif.. Hal ini mempengaruhi
keputusan sehari-hari. Jika orang mengevaluasi diri positif, kita bisa
mengatakan mereka memiliki diri yang tinggi harga. Bahkan, memiliki konsep diri
positif dalam mata pelajaran tertentu merupakan faktor yang lebih besar dalam
memilih program ketika konsep diri dalam mata pelajaran lain adalah rendah.
Karena konsep
diri adalah produk dari proses sadar dan kognitif. Beberapa pengukuran
dikembangkan dalam rangka untuk mengukur penduduk konsep diri secara obyektif
dan ilmiah. Studi tentang konsep diri dapat dimasukkan ke dalam model
nomotetis. Model nomotetis adalah sebuah pendekatan untuk penjelasan di mana
kita berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor kausal yang umumnya dampak
beberapa kelas kondisi atau kejadian (Babbie 2004, pp.22). Nomotetis model
didasarkan pada pandangan bahwa fenomena sosial diatur oleh keteraturan dan
berada di luar individu. Psikolog pendidikan berusaha untuk mengembangkan alat
untuk menemukan hukum-hukum umum tentang konsep-diri. Dengan gagasan
mengembangkan hukum umum tentang konsep diri, psikolog dan ilmuwan sosial
mengurangi kompleksitas dari konsep diri menjadi konsep kunci, seperti
efektivitas diri, harga diri, evaluasi diri, dan semua istilah-istilah ini
dapat digunakan bergantian dengan konsep diri (Byrne 1996, pp.2). Erikson dan
psikolog lainnya berusaha membangun identitas sebagai masalah umum di seluruh
populasi dan menganggap bahwa perkembangan manusia ditandai oleh serangkaian
tahapan yang universal umat manusia. Proses dimana tahapan ini terungkap diatur
oleh prinsip epigenetik pematangan.
Sebuah
kombinasi dari metodologi kuantitatif dan kualitatif sering merupakan pilihan
yang baik metode (Newton 2001, pp.45). Pendekatan ini menggabungkan ketelitian
dan ketepatan desain kuantitatif dan data kuantitatif dengan pemahaman mendalam
tentang metode kualitatif dan data. Ada banyak cara model pencampuran. Salah
satu adalah dengan menggunakan kedua metode kuantitatif dan kualitatif dan data
untuk mempelajari fenomena yang sama dalam studi yang sama. Metode yang cocok
untuk mempelajari identitas siswa adalah dengan menggunakan metode kuantitatif
(satu set standar dari konsep diri kuesioner) untuk keluar tunggal para siswa
mengembangkan identitas positif maupun negatif selama dua tahun studi dan
mengumpulkan data kualitatif melalui studi kasus tentang maknanya dan alasan
dari berbagai jenis perkembangan identitas.
Beberapa
keengganan utama bagi para ilmuwan sosial untuk mengadopsi pendekatan model
campuran berasal dari komitmen epistemologis yang kuat untuk baik penelitian
kuantitatif atau kualitatif karena mereka melihat asumsi yang mendasari
pendekatan secara fundamental tidak kompatibel. Pada risiko oversimplication,
penelitian kuantitatif umumnya bersandar pada tradisi ‘objektivis’
epistemologis yang berusaha untuk memvalidasi pengetahuan dengan pencocokan
klaim-klaim pengetahuan dari peneliti dengan fenomena di dunia nyata. Dalam
tradisi ini, teori yang diusulkan sebagai hipotesis universal untuk diuji
secara empiris. Penelitian kualitatif, di sisi lain, mungkin berasal dari
tradisi ‘konstruktivis’ terkait dengan gerakan postmodern. Berikut pengetahuan
tidak ditemukan, tetapi diciptakan, terletak dalam konteks tertentu sangat
ditentukan oleh praktek-praktek lokal, dan divalidasi melalui konsistensi
internal dan konsensus sosial.
Secara pribadi,
memulai pada sisi baik adalah menjalankan risiko meremehkan kompleksitas
manusia dan fenomena sosial, statistik dalam arti yang paling murni hanyalah
sebuah singkatan untuk mengkomunikasikan informasi tentang fenomena yang kompleks
elegan dan tepat.
MASA REMAJA DENGAN PENUH PERMASALAHAN
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen
ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai
sekarang masih banyak dikutip orang. masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James
Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu
identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah
masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan
fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006).
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja
bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Masa Remaja
Masa remaja
adalah masa transisi diri periode anak ke dewasa. Apabila kita perhatikan dan
kita ikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapatilah bahwa
anak itu tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur.
Demikian pula halnya dengan pertumbuhan identitas/konsep diri juga berkembang
seiring dengan bertambahnya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya
baik dari pendidikan keluarga sekolah maupun dari masyarakat dimana ia tinggal
Identitas
remaja dapat diartikan sebagai berikut :
1. Identitas
dapat diartikan sebagai suatu inti pribadi yang tetap ada walaupun mengalami
perubahan bertahap dengan pertumbuhan umur dan perubahan lingkungan.
2. Identitas
dapat diartikan sebagai tata hidup tertentu yang sudah dibentuk pada masa-maa
sebelumnya dan menentukan peran sosial yang manakah yang harus dijalankan.
3. Identitas
merupakan hasil yang diperolehnya pada masa remaja, tetapi masih akan terus
mengalami perubahan dan pembaharuan.
4. Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa identitas merupakan suatu kesatuan.
Persatuan yang terbentuk dari asaz, cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauan di keluar dirinya.
Persatuan yang terbentuk dari asaz, cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauan di keluar dirinya.
Ciri-ciri
remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa remaja
sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja
akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja
sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi
dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas,
keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja
sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat
dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang
dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja
sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja
sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur,
cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua
menjadi takut.
f. Masa remaja
adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari
kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain
sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam
cita-cita.
g. Masa remaja
sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha
meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa
mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan
adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja
akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini
diharapkan agar remaja dapat
Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan
emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
2. Perubahan
yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka
sendiri.
3. Perubahan
dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa
remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
4. Perubahan
nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi
mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka
sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Ada
beberapa faktor penting dalam perkembangan identitas diri remaja adalah sebagai
berikut :
1) rasa percaya
diri yang telah diperoleh dan senantiasa dipupuk dan dikembangkan
2) sikap berdiri sendiri
2) sikap berdiri sendiri
3) keadaan
keluarga dengan faktor-faktor yang menunjang terwujudnya identifikasi diri
4) kemampuan
remaja itu sendiri, taraf kemampuan intelektual para remaja.
Selain faktor tersebut diatas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan identitas diri remaja yaitu faktor eksperimentasi (coba-coba, berpetualang).
Selain faktor tersebut diatas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan identitas diri remaja yaitu faktor eksperimentasi (coba-coba, berpetualang).
Peranan orang
tua dan sekolah sangat penting sebab remaja ini belum siap untuk bermasyarakat.
Bimbingan orang tua dan guru sangat diperlukan agar remaja tidak salah arah,
karena dimasyarakat amat banyak pengaruh negatif yang dapat menyengsarakan masa
depan remaja. Setelah itu ajaklah mereka berdiskusi dimana pendidik dapat
mendengarkan dengan sabar segala isi hati dan keluhan mereka. Biarkan mereka
bebas berkarya dan berekspresi tapi dengan catatan mereka harus tetap dibimbing
dan diawasi. Pengaruh Televisi Terhadap Perilaku Agresif Anak. Agresi jika
dipandang dari definisi emosional adalah hasil dari proses kemarahan.
Banyak
hal yang menyebabkan perbutan agresif ini yaitu
1) Tindakan
agresif disebabkan oleh naluri agresif.
2) Agresif disebabkan
oleh situasi yang amat sumpek atau tertekan.
3) Perbuatan
agresif karena frustasi.
4) Perbuatan
agresif karena adanya unsure atau rasa balas dendam.
Masa
remaja merupakan masa-masa yang penuh dengan gejolak.
Masa remaja
juga rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dan pelik. Karena
di masa inilah seseorang bertumbuh dan menjalani saat mencari jati diri untuk
membentuk karakter kepribadian. Masa ini juga seringkali disebut sebagai masa
transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sehingga, seringkali
sifat kekanak – kanakan masih melekat dan pertimbangan kedewasaanpun belum
sepenuhnya terbentuk. Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses
bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi seorang
dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat
perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi
matang sehingga memampukan seseorang untuk bereproduksi (Steinberg, 2002).
Mengenai dorongan seksual yang meningkat ini menjadikan seseorang remaja mulai
belajar untuk mengetahui dan mencari informasi terkait seksualitas itu sendiri.
Kemudian penyaluran hasrat yang dimilikinya juga menyertai proses belajar ini.
Disinilah poin
penting yang harus diperhatikan, bahwa proses ingin tahu seputar seksualitas
harus benar-benar tepat dan benar. Karena seringkali keingintahuan tersalurkan
kepada hal – hal yang merugikan diri sendiri. Seperti akses pornografi melalui
media. Dari penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Peduli Remaja Kriya Mandiri,
media online menjadi tempat terbanyak yang dijadikan sarana untuk mengetahui
informasi mengenai seksualitas. Dari jumlah responden 352 remaja yang masih
berstatus pelajar di 10 sekolah tingkat atas di Surakarta, sebesar 56 Persen
menyatakan media online menjadi sarana untuk mengetahui informasi tentang seks,
kemudian terbanyak kedua adalah teman sebaya sebesar 15% diikuti orang tua (12
Persen), guru (9 Persen), serta organisasi remaja dan lainnya masing-masing
sebesar 4 Persen
Kemudian dari
jumlah responden yang mengakses materi pornografi sebanyak 63 persen pernah
mengakses materi pornografi baik berupa film, gambar maupun cerita porno.
Meskipun penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh populasi
remaja berusia sekolah yang ada di Kota Surakarta, akan tetapi cukup memberikan
gambaran bahwa akses pornografi di kalangan remaja khususnya pelajar tingkat
atas di Kota Surakarta dapat dikatakan cukup mengkhawatirkan terhadap
perkembangan seksualitas dan psikologisnya.
Apabila
dianalisis lebih jauh, akses pornografi yang kian marak merupakan dampak
pendidikan seks yang salah dan kurang tepat dilakukan oleh pihak-pihak yang
seharusnya bertanggung jawab akan hal itu, seperti orang tua, guru serta
pihak-pihak terkait lainnya. Kegagalan pendidikan seks ini umumnya adalah
karena adanya anggapan seks merupakan sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan.
Oleh karenanya, seorang remaja terkadang malu atau enggan untuk berkonsultasi
dengan orang-orang dewasa yang lebih paham dengan masalah seksualitas. Sehingga
mereka lebih nyaman menggunakan media online untuk mengakses informasi terkait
dengan seksualitas. Masalah muncul karena keingintahuan seputar seksual ini
tidak hanya berhenti pada informasi penting saja, akan tetapi kebablasan
menjurus kepada hal – hal yang yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi (materi
pornografi) yang mempunyai efek destruktif yang mempengaruhi perilaku
seksualnya.
Dalam
penelitian Komunitas Jogja (2007) ditemukan 900 film porno buatan lokal dengan
pemeran usia remaja Indonesia beredar di internet. Inilah bentuk shock culture
yang terjadi dalam masyarakat kita. Dikatakan demikian karena budaya timur
Indonesia yang sopan dan anggun mulai tergerus, mengalami pergeseran nilai
menjadi budaya yang tidak lagi mengindahkan moralitas dan nilai-nilai agama.
Jadilah budaya permisivisme meracuni kehidupan remaja mulai cara berpakaian
yang kurang sopan cenderung menampakkan aurat tubuh lantaran dianggap seksi,
berkata jorok, seks bebas hingga perilaku seks menyimpang semakin marak
terjadi.
Faktor kemajuan
teknologi media informasi yang tidak diimbangi dengan penanaman nilai moral
agama dan budi pekerti menyebabkan tumbuh suburnya akses materi pornografi oleh
berbagai kalangan termasuk remaja masa kini. Oleh karenanya, perlu upaya
preventif untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih besar maupun
upaya kuratif (mengobati), dengan melihat fakta bahwa jumlah remaja yang
menjadi korban pornografi terbilang tidak sedikit. Institusi keluarga sebagai
bagian inti sarana sosialisasi nilai terhadap anak serta sekolah sebagai
institusi kedua setelah keluarga, seharusnya mampu menjalankan perannya untuk
menanamkan nilai – nilai budi pekerti maupun agama di dalam pembentukan moral
remaja. Namun fakta menunjukan bahwa “seakan” kedua institusi itu mengalami
kegagalan dalam proses sosialisasi nilai terhadap remaja. Dimana dalam poin
pertanyaan kepada institusi apakah yang diharapkan remaja mampu berperan dalam
pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sebesar 52 persen mejawab lembaga sosial/agama,
30% menjawab keluarga, 13 persen sekolah, dan 5 persen sisanya institusi lain.
mengenai
harapan akan peran lembaga sosial/agama merupakan alternatif solusi yang dapat
dilihat sebagai pihak ketiga yang mampu mendukung dua institusi utama (keluarga
dan sekolah) dalam penanaman nilai moral kepada remaja. Salah satu model
pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang patut dicoba untuk dilakukan
misalnya melalui pembinaan kelompok sebaya (peer group). Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa usia remaja mempunyai kecenderungan kuat untuk berkumpul dan
bergaul dengan teman sebaya. Sebagaimana temuan di atas, teman sebaya merupakan
tempat kedua untuk bertanya dan bercerita perihal masalah seksual setelah media
online. Model pendidikan terkait reproduksi melalui peer group bisa dilakukan
dengan fasilitator dari lembaga sosial / agama maupun dari kalangan remaja
sendiri yang dididik dan diproyeksikan sebagai fasilitator bagi teman
sebayanya.
Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut
Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
- memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
- memperoleh peranan sosial
- menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
- memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
- mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
- memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
- mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
- membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
Erikson (1968, dalam Papalia,
Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi
identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5
dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang
dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di
masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini
remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam
masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya
menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan
peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri
khusus pada remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya
Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja
a.
Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Fase remaja
adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak
luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya
sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki.
Pada remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua
bagiannya (Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini,
perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua
bagian, yakni :
1)
Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan
psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis,
pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ
seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami
“mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat
pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk
kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi
dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.
P
sikologi remaja
2)
Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan
psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi
kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria
mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki,
ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria
berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja
wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada
ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal
memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga
menjadi wanita dewasa secara proporsional.
b.
Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan
otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan
kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
a. Secara
intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya
kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat
keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c. Sudah mampu
menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d. Munculnya
kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e. Memikirkan
masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja
f. Mulai
menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan
berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan
identitas (jati diri)
Perkembangan Emosi Psikologi Remaja
Remaja
mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi.
Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat,
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih,
dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja
yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan
emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah
laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
1) Agresif :
melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari
kenyataan (regresif) :
suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman
keras, atau obat terlarang
Sedangkan
remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu
kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi
(ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong),
respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2)
Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar,
optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
d.
Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah
mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi
meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif
dari orang lain). psikologi remaja
e. Perkembangan
Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah
mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin
persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis
yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap,
nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan
sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity
yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti
bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran,
nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.
f.
Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Psikologi
remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa
berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa
dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal
tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan
tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan
integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1) Pertumbuhan
fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
2) Kematangan
seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3) Munculnya
kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan
persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis
5) Munculnya
konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa.
Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan
memelihara identitas diri
g.
Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati
adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan
spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya
kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai
agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan
kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis
kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan
nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di
sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan
ujian.
Tindakan
antisipasi remaja akhir adalah:
1) Berusaha
bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji
tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3)
Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4)
Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
Masalah-Masalah pada Masa Remaja
Fase remaja
merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957)
mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai
dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst
of time.
Kita menemukan
berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :
- Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
- Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
- G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
Para ahli
umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun
sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini
terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini
ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2)
remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja
ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis,
yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si
remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri
secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan
kriminal. Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
Problema
berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa
remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada
masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan
fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image
dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang
percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.
Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan
jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual.
Problema
berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa
remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat.
Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual,
terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya
tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal
merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun
dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si
remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era
globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting
untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya
hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan
sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional,
sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
Problema
berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja
disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan
kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group
dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan
merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan
sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan
memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya
terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua
dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada
masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang
ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan
dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan
orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ
reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula
dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain
jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku
sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya
keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak
terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya
maupun dengan lingkungannya.
Problema
berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja
disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity).
Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku
coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan
identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity
confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang
bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan
ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa
tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku
agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari
ketidakstabilan emosinya.
Selain yang
telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya.
Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan
problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.
MGM Resorts Casino | Las Vegas, NV - JMTH Hub
BalasHapusMGM Resorts 동두천 출장마사지 Casino 공주 출장안마 is an MGM Resorts International Resorts property 의정부 출장마사지 and is open daily 24 hours. The casino 공주 출장마사지 hotel in Las 춘천 출장샵 Vegas, NV,