Adat Sumatera
Barat
Sejarah
Kawasan Sumatera Barat pada masa
lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung. Dalam adminisitrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's
Westkust yang juga mencakup daerah Tapanuli,
kemudian tahun 1905 wilayah Tapanuli menjadi Residentie Tapanuli selain Residentie
Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden.
Kemudian di tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya
menjadi Residentie Sumatra's Westkust dan di tahun 1935
wilayah Kerinci digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust
Pada masa pendudukan tentara Jepang
Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu
serta daerah Bangkinang dikeluarkan masuk ke dalam wilayah Riau Shu
Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah Sumatera Barat tergabung
dalam provinsi Sumatera
yang berpusat di Medan. Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga, yakni Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat merupakan bagian dari keresidenan didalam
provinsi Sumatera Tengah beserta Riau dan Jambi.
Berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Sumatera Tengah kemudian
dipecah lagi menjadi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten
Pesisir Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam
provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Pada awalnya ibukota provinsi baru
ini adalah Bukittinggi, namun kemudian dipindahkan ke Padang.
Kondisi
dan sumber daya alam
Geografi
Danau Maninjau, salah satu danau di Sumatera Barat
Sumatera Barat berada di bagian
barat tengah pulau Sumatera, memiliki dataran rendah di pantai barat, serta
dataran tinggi vulkanik yang dibentuk Bukit Barisan membentang dari barat laut ke tenggara. Garis pantai
provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh
kilometer lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.
Sumatera Barat memiliki beberapa danau
diantaranya Maninjau
(99,5 km²), Singkarak (130,1 km²), Diatas
(31,5 km²), Dibawah
(Dibaruh) (14,0 km²) dan Talang
(5,0 km²).
Beberapa sungai besar di pulau
Sumatera berhulu di provinsi ini, diantaranya Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai
Inderagiri
(disebut sebagai Batang
Kuantan di bagian hulunya),
Sungai Kampar dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di
provinsi Riau dan Jambi. Sementara sungai-sungai yang bermuara di pantai barat
berjarak pendek. Beberapa di antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang
Tarusan.
Gunung-gunung di Sumatera Barat
adalah Marapi
(2.891 m), Sago
(2.271 m), Singgalang (2.877 m), Tandikat
(2.438 m), Talamau
(2.912 m), Talang
(2.572 m), Pasaman
(2.190 m), Kelabu (2.179 m), Rasan (2.039 m), Mande
Rubiah (2.430 m), Tambin (2.271 m), Ambun (2.060 m).
Keanekaragaman
hayati
Sumatera Barat merupakan salah satu
provinsi di Indonesia
yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih
merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka masih
dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang,
tapir, rusa, beruang,
dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di
provinsi ini: Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau
Siberut (Kabupaten
Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional
Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di
empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu,
dan Sumatera Selatan.
Selain kedua Taman Nasional tersebut
terdapat juga beberapa cagar alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar
Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Lembah Harau, Cagar
Alam Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta.
Sumber
daya alam
Batubara,
batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir, perikanan.
Kependudukan
Suku
bangsa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat
merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di
Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil
dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi (Sitiung, Lunang
Silaut, Padang Gelugur, dan lainnya) terdapat pula suku Jawa.
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam
keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman,
dialek Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman
dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai digunakan Bahasa Mentawai.
Agama
Mayoritas penduduk Sumatera Barat
beragama Islam. Selain itu ada juga yang beragama Kristen
terutama di kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha.
Pemerintahan
Provinsi Sumatera Barat dipimpin
oleh seorang gubernur
yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa
jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah juga berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan
pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.
Sementara hubungan pemerintah
provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota
bukan subordinat, masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Perwakilan
Berdasarkan Pemilu Legislatif 2009, Sumatera Barat mengirimkan 14 wakil ke DPR RI dari
dua daerah pemilihan dan empat wakil ke DPD. Sedangkan untuk DPRD Sumatera Barat tersusun dari perwakilan sepuluh partai,
dengan perincian sebagai berikut:[5][6]
|
|
Pemerintahan
nagari
Sampai tahun 1979
satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah nagari, yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia.
Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan
desa, status nagari dihilangkan diganti dengan desa, dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya menjadi desa. Kedudukan
wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh
para kepala desa. Namun sejak bergulirnya reformasi pemerintahan dan otonomi
daerah, maka sejak pada tahun 2001, istilah "Nagari" kembali digunakan di provinsi
ini.
Pemerintahan nagari merupakan suatu
struktur pemerintahan yang otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut
adat sebagai pengatur tata kehidupan anggotanyasistem ini kemudian disesuaikan
dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia, sekarang pemerintah provinsi
Sumatera Barat menetapakan pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah
terendah untuk daerah kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan
sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota
masih sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan
daerah.
Nagari pada awalnya dipimpin secara
bersama oleh para penghulu/datuk
di nagari tersebut, kemudian pada masa pemerintah Hindia-Belanda dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut untuk
menjadi wali nagari. Kemudian dalam menjalankan pemerintahannya, wali nagari
dibantu oleh beberapa orang kepala jorong atau wali jorong, namun
sekarang dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) bergantung dengan kebutuhan masing-masing nagari.
Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) secara
demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan.
Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan
Adat Nagari, yakni lembaga yang beranggotakan Tungku Tigo Sajarangan.
Tungku Tigo Sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari Alim
Ulama, Cadiak Pandai (kaum intelektual) dan Niniak Mamak para
pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
sistem administrasi desa. Keputusan keputusan penting yang akan diambil selalu
dimusyawarahkan antara wali nagari dan Tungku Tigo Sajarangan di Balai Adat
atau Balairung Sari Nagari.
Pendidikan
Sumatera Barat pernah menjadi pusat
pendidikan di pulau Sumatera,
terutama dalam pendidikan Islam dengan surau sebagai basis utama tempat pendidikan. Dan pada masa
kolonial penjajahan Belanda
pendidikan Islam begitu dipinggirkan dibandingkan dengan pendidikan model Hindia Belanda yang dianggap lebih modern
Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia, di provinsi ini mulai banyak
bermunculan lembaga pendidikan terutama sekitar tahun 1950-an. Hampir di setiap
kabupaten dan kota dalam provinsi ini telah
memiliki perguruan tinggi, dan sebahagian besar berada di kota Padang.
Perekonomian
Secara bertahap perekonomian
Sumatera Barat mulai bergerak positif setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa
bumi tahun 2009 yang
melanda kawasan tersebut. Dampak bencana ini terlihat pada triwulan IV-2009,
dimana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun demikian pertumbuhan ini
relatif lebih baik dibandingkan perhitungan sebelumnya yang diperkirakan akan
terjadi kontraksi 0,14%. Secara keseluruhan, pada tahun 2009 ekonomi Sumatera
Barat tumbuh sebesar 4,16%, lebih baik dibandingkan perkiraan semula sebesar
3,92%. Dan pada triwulan I-2010 perekonomian Sumatera Barat diperkirakan akan
dapat tumbuh sebesar 3,56%
Tenaga
kerja
Sebagaimana di daerah lainnya di Indonesia, pengangguran juga merupakan masalah yang belum teratasi di
Sumatera Barat. Terhitung pada Februari 2010, jumlah angkatan kerja Sumatera
Barat mencapai 2.273.111 orang, bertambah 92.145 orang dibandingkan dengan
jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 sebesar 2.180.966 orang. Selanjutnya
jumlah penduduk yang bekerja di Sumatera Barat pada Februari 2010 telah
mencapai 2.101.000 orang, bertambah sekitar 93.000 orang dibandingkan dengan
keadaan Februari 2009 sebesar 2.008.000 orang. Sedangkan jumlah pengangguran pada Februari 2010 mengalami sedikit penurunan dibanding
dengan keadaan pada Februari 2009 yaitu dari 172.253 orang menjadi 172.084
orang pada Februari 2010, dimana terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki
dari 97.690 orang pada Februari 2009 menjadi 89.187 orang pada Februari 2010
namun sebaliknya terjadi peningkatan jumlah penganggur perempuan dari 74.563
orang pada Februari 2009 menjadi 82.897 orang pada Februari 2010
Pertanian
& Perkebunan
Pada triwulan I-2010, sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh
menggeliatnya subsektor tanaman perkebunan. Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan dapat mencapai
6,41%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,87%
Industri
Industri
Sumatera Barat didominasi oleh industri skala kecil/rumah tangga. Jumlah unit
industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit industri kecil dan 234
unit industri besar menengah, dengan perbandingan 203 : 1. Pada tahun 2001
investasi industri besar menengah mencapai Rp 3.052 milyar, atau 95,60% dari
total investasi, sedangkan industri kecil investasinya hanya Rp. 1.412 milyar
atau 4,40% saja dari total investasi. Nilai produksi industri besar menengah
tahun 2001 mencapai Rp. 1.623 milyar, yaitu 60 % dari total nilai
produksi, dan nilai produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 milyar,
atau 40% dari total nilai produksi
Jasa
Kembali bergeraknya perekonomian
Sumatera Barat pasca gempa serta semakin pulihnya perekonomian global terutama
zona Sumatera bagian tengah juga merupakan faktor pendorong bergeraknya kembali
sektor jasa (7,38%) walau tidak setinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
provinsi lain di sekitarnya.
Pertambangan
Sumatera Barat memiliki potensi
bahan tambang golongan A, B dan C. Bahan tambang golongan A, yaitu batu bara terdapat di kota Sawahlunto. Sedangkan Bahan tambang golongan B yang terdiri dari air raksa, belerang,
pasir
besi, tembaga,
timah hitam dan perak menyebar di wilayah kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, Solok,
Solok Selatan, Lima Puluh Kota, Pasaman,
dan Tanah Datar. Bahan tambang golongan C menyebar di seluruh kabupaten dan
kota, sebagian besar terdiri dari pasir, batu dan kerikil
Ekspor
& Impor
Karena masih tingginya harga CPO dan karet di pasar internasional, kondisi ini akan semakin
meningkatkan kinerja net-ekspor Sumatera Barat yang memiliki komoditas unggulan
CPO dari kelapa sawit dan karet. Dan hal ini juga akan berimplikasi pada semakin
menggeliatnya subsektor perkebunan, sehingga pertumbuhan sektor pertanian pada
triwulan II-2010 secara umum akan mengalami peningkatan
Keuangan
& Perbankan
Perkembangan berbagai indikator
perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan
kondisi ekonomi pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar
menunjukkan arah positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat.
Proses intermediasi perbankan umum di Sumatera Barat berlangsung dengan baik,
meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan aset pada triwulan sebelumnya
Transportasi
Kelok Sembilan
Transportasi udara dari dan ke
Sumatera Barat saat ini melalui Bandar
Udara Internasional Minangkabau (BIM). Bandar Udara kebanggaan masyarakat Sumatera Barat
ini berada di kabupaten Padang
Pariaman, lebih kurang 20 km
dari pusat kota Padang. Bandar Udara ini mulai aktif beroperasi pada akhir tahun 2005
menggantikan Bandar Udara Tabing.
Transportasi darat untuk angkutan
umum di kota Padang berpusat di Terminal Bingkuang Air Pacah. Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar
provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar
kota dalam provinsi dari Terminal Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal
angkutan umum tiap kota atau kabupaten di Sumatera Barat. Sedangkan untuk kota Bukittinggi
berpusat di Terminal
Aua Kuniang, untuk kota Payakumbuh berpusat di Terminal Koto Nan Ampek, dan kota Solok berpusat di Terminal
Bareh Solok.
Untuk transportasi darat lainnya, kereta api masih digunakan untuk jalur dari kota Padang sampai ke kota Sawahlunto, yang melalui kota Padangpanjang dan kota Solok,
pada jalur ini, kereta api dipergunakan sebagai sarana pengangkutan batubara.
Selain itu dari kota Padangpanjang ini juga ada jalur kereta api menuju ke kota
Payakumbuh yang melewati kota Bukittinggi, namun sudah tidak aktif lagi. Sedangkan untuk jalur kereta
api dari kota Padang menuju kota Pariaman,
masih digunakan untuk angkutan penumpang.
Transportasi laut dari dan ke
Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Teluk Bayur, kota Padang. Sedangkan untuk jarak dekat terutama untuk
kapal ukuran sedang berpusat di Pelabuhan Muara, pelabuhan ini antara lain juga melayani transportasi
menuju ke kabupaten Kepulauan
Mentawai dengan menggunakan
kapal feri atau speed boat. Dan di pelabuhan ini juga menjadi tempat
bersandar kapal-kapal pesiar (yacht).
Pariwisata,
Seni dan Budaya
Jembatan akar, objek turis yang
potensial untuk dipopulerkan
Pariwisata
Di propinsi ini bisa kita temui
hampir semua jenis objek wisata alam seperti laut, pantai, danau, gunung dan
ngarai, selain objek wisata budaya. Akomodasi hotel sudah mulai banyak mulai
dari kelas melati sampai bintang empat. Agen tour & travel di bawah
keanggotaan ASITA Sumatera Barat sudah lebih dari 100 buah. Untuk melengkapi
fasilitas penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta wisata yang
beroperasi pada jam-jam tertentu.
Objek-objek wisata yang dikunjungi
para wisatawan diantaranya, Jembatan Akar di kecamatan Bayang; Rumah Gadang Mande Rubiah di nagari Lunang; Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan Pancung Soal; Pulau
Cingkuak dengan peninggalan
Benteng Portugis dan Puncak Langkisau di kabupaten Pesisir
Selatan, Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embum Pagi di kabupaten Agam, Lembah
Anai; Istano Pagaruyung,
Danau Singkarak di kabupaten Tanah Datar, Danau Talang; Danau Diatas dan Danau Dibawah dikenal juga dengan sebutan Danau kembar di kabupaten Solok, Panorama Ngarai Sianok; Benteng Fort de Kock; Jam Gadang di kota Bukittinggi, Pantai Air Manis; Pantai Muaro; Pantai Caroline; Pulau Sikuai di kota Padang, Tempat wisata Harau di kabupaten Lima Puluh
Kota, Tempat wisata
Ngalau di kota Payakumbuh, Candi Padang; Prasasti Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya, Pantai Kata; Pantai Gandoria di kota Pariaman, Pantai Arta; Malibo Anai di kabupaten Padang
Pariaman.
Sementara itu berbagai informasi dan
literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan Minangkabau secara umum dapat dijumpai di Pusat Dokumentasi Informasi
Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau Village) di kota Padang Panjang. Di PDIKM terdapat berupa dokumentasi foto mikrograf surat
kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat
kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci
khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era 1980'an.
Selain itu sumber literatur lain dapat ditelusuri di Perpustakaan KITLV
(Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di
Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya di Leiden, Belanda.
Musik
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam
setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini
pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini
karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak
didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri
dari instrumen alat musik tradisional saluang,
bansi, talempong, rabab, dan gandang
tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni
penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga
dengan nama sijobang
Musik Minangkabau berupa
instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis.
Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa
persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang
tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.
Industri musik di Sumatera Barat
semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan
musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang
modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan
lahirnya Orkes
Gumarang.
Elly
Kasim, Tiar
Ramon dan Yan
Juned adalah penyanyi
daerah Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini.
Perusahaan-perusahaan rekaman di
Sumatera Barat antara lain: Tanama
Record, Planet
Record, Pitunang
Record, Sinar
Padang Record, Caroline
Record yang terletak di kota Padang dan Minang
Record, Gita
Virma Record yang
terletak di kota Bukittinggi.
Saat ini para penyanyi, pencipta
lagu, dan penata musik di Sumatera Barat bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik
Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).
Sebuah pertunjukan randai
Tarian
tradisional
Secara garis besar seni tari dari
Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai.
Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam,
keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau
masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang
bersifat klasik, diantaranya Tari
Pasambahan, Tari
Piring, Tari
Payung dan Tari
Indang. Sementara itu
terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan
unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang
dikenal dengan nama Randai
Sedangkan untuk tarian khas etnis
Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk
Langai ini umumnya
bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan
nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari
ular dan sebagainya
Rumah
Adat
Rumah adat Sumatera Barat khususnya
dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik
keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurunDan tidak jauh dari
komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau
kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum
tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk
empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakangumumnya
berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung
dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan
dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah
Bagonjong[ ini
menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal
dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku
besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat
Sementara etnis Mentawai juga
memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai
dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai
sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa
menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang
bertakik.
Senjata
Tradisional
Senjata tradisional Sumatera Barat
adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan
di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap
acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar,
selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majlis
perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. Berbagai jenis
senjata juga pernah digunakan seperti tombak, pedang
panjang, panah,
sumpit dan sebagainya.
Makanan
Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat
terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan Padang terkenal dengan citarasa yang pedas, serta
dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri[21].
Beberapa contoh makanan dari
Sumatera Barat yang sangat populer adalah Rendang,
Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak
Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur
Kampiun.
Selain itu, Sumatera Barat juga
memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak,
rakik maco, pinyaram, dan Karupuak Balado.
Setiap kawasan di Sumatera Barat,
memiliki makanan sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah
tangan (oleh-oleh) misalnya: kota Padang terkenal dengan bengkuang, kota Padangpanjang terkenal dengan pergedel
jaguang, kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, kota Payakumbuh dengan galamai.
Pers
dan media
Hampir keseluruhan saluran stasiun
televisi nasional telah dapat menjangkau kawasan Sumatera Barat. Selain itu
provinsi ini juga memiliki beberapa stasiun televisi lokal, seperti TVRI
Sumatera Barat, Padang TV, Minang
Televisi, TV E,
Favorit TV dan Bukittinggi
Televisi (BiTV).
Rata-rata disetiap kabupaten dan
kota di provinsi ini telah memiliki pemancar radio selain milik pemerintah juga
swasta, seperti RRI
Padang, Radio Classy FM,
Radio Jelita FM, Radio SK FM, Radio Fanesa 5 FM dan sebagainya.
Sumatera Barat juga banyak memiliki
media cetak jenis surat diantaranya ANTARA (Kantor Berita Indonesia) Biro Sumbar, Harian
Padang Ekspres, Harian Haluan, Harian
Singgalang dan
lain-lain. Dan media cetak tersebut juga tersedia dan dapat diakses secara online
melalui internet.
Pada awalnya Sumatera Courant
merupakan koran pertama yang terbitkan di Sumatera Barat oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1862. Selanjutnya tahun 1877 terbit Padangsche Handelsblad milik swasta. Kedua
surat kabar ini menggunakan bahasa Belanda, dan baru pada tahun 1890 terbit surat kabar bulanan Pelita Kecil yang telah
menggunakan bahasa Melayu
Pakaian Adat
Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dimaksud dengan pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan ethos kebudayaan suatu masyarakat.Dengan melihat pakaian seseorang, orang akan mengatakan bahwa orang tsb dari daerah sana, dan ini akan lebih jelas bila ada pawai Bhinneka Tunggal Ika. Jadi pakaian adat mewakili masyarakat dan adat sesuatu daerah membedakannya dengan adat daerah lain.
Sehubungan dengan hal tsb, maka yang akan dikemukakan dalam tulisan ini adalah pakaian adat yang biasa dipakai oleh pemangku adat dan kaum wanita di Minangkabau yang disebut juga dengan pakaian kebesaran.
Pakaian Penghulu
Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat.
Pakaian penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari :
1. Destar
Deta atau Destar adalah tutup kepala atau sebagai perhiasan kepala tutup kepala bila dilihat pada bentuknya terbagi pula atas beberapa bahagian sesuai dengan sipemakai, daerah dan kedudukannya.
Deta raja Alam bernama “dandam tak sudah” (dendam tak sudah). Penghulu memakai deta gadang (destar besar) atau saluak batimbo (seluk bertimba). Deta Indomo Saruaso bernama Deta Ameh (destar emas). Deta raja di pesisir bernama cilieng manurun (ciling menurun).
Destar atau seluk yang melilit di kepala penghulu seperti kulit yang menunjukkan isi dengan pengertian destar membayangkan apa yang terdapat dalam kepala seorang penghulu. Destar mempunyai kerut, merupakan banyak undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu dan sebanyak kerut dester itu pulalah hendaknya akal budi seorang penghulu dalam segala lapangan.
Jika destar itu dikembangkan, kerutnya mesti lebar. Demikianlah paham penghulu itu hendaklah lebar pula sehingga sanggup melaksanakan tugasnya sampai menyelamatkan anak kemenakan, korong kampung dan nagari. Kerutan destar juga memberi makna, bahwa seorang penghulu sebelum berbicara atau berbuat hendaklah mengerutkan kening atau berfikir terlebih dahulu dan jangan tergesa-gesa.
2. Baju
Baju penghulu berwarna hitam sebagai lambang kepemimpinan. Hitam tahan tapo, putiah tahan sasah (hitam tahan tempa, putih tahan cuci). Dengan arti kata umpat dan puji hal yang harus diterima oleh seorang pemimpin. Dengan bahasa liris mengenai baju ini dikatakan “baju hitam gadang langan, langan tasenseng bukan dek bangih, pangipeh angek nak nyo dingin, pahampeh gabuek nak nyo habih (baju hitam besar lengan, lengan tersinsing bukan karena marah, pengipas hangat supaya dingin, pengipas debu supaya habis).
Lengan baju diberi benang makau, benang besar diapit oleh benang kecil yang mempunyai pengertian orang besar mempunyai pengiring. Mengenai leher besar mempunyai pengiring. mengenai leher baju dikatakan lihie nan lapeh tak bakatuak, babalah hampie ka dado (leher yang lepas tidak berkatuk, berbelah hampir kedada) yang mempunyai arti seorang penghulu alamnya lapang buminya luas. Gunuang tak runtuah dek kabuik, lawuik tak karuah dek ikan, rang gadang martabatnyo saba, tagangnyo bajelo-jelo, kaduonyo badantiang-dantiang, paik manih pandai malulua, disitu martabat bahimpunnyo (gunung tidak runtuh karena kabut, laut tidak keruh karena ikan. Orang besar martabatnya besar, tegangnya berjela-jela, kendurnya berdenting-denting, pahit manis pandai melulur, disana martabat berhimpunnya). Pengertian yang terkandung didalamnya adalah seorang penghulu yang tidak goyah wibawa dan kepemimpinannya dalam menghadapi segala persoalan dan dia harus bijaksana dalam menjalankan kepemimpinannya.
3. Sarawa
Ungkapan adat mengenai sarawa ini mengatakan “basarawa hitan gadang kaki, kapanuruik alue nan luruih, kapanampuah jalan pasa dalam kampung, koto jo nagari, langkah salasai jo ukuran (bercelana hitam besar kaki, kepenurut alur yang lurus, kepenempuh jalan yang pasar dalam kampung, koto dan nagari langkah selesai dengan ukuran).
Celana penghulu yang besar ukuran kakinya mempunyai pengertian bahwa kebesarannya dalam memenuhi segala panggilan dan yang patut dituruti dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai seorang pemangku adat. Kebesarannya itu hanya dibatasi oleh salah satu martabat penghulu, yaitu murah dan mahal, dengan pengertian murah dan mahal hatinya serta perbuatannya pada yang berpatutan.
4. Sasampiang (Sesamping)
Sasampiang adalah selembar kain yang dipakai seperti pada pakaian baju teluk belanga. Warna kain sesampiang biasanya berwarna merah yang menyatakan seorang penghulu berani. Sesamping juga biasanya diberi benang makau (benang berwarna-warni) dalam ukuran kecil-kecil yang pengertiannya membayangkan ilmu dan keberanian diatas kebenaran dalam nagari. Keindahan kain menunjukkan hatinya kaya, sentengnya hingga lutut untuk menyatakan bahwa seorang penghulu hatinya miskin diatas yang benar.
Pengertian kaya yaitu seorang penghulu berlapang hati terhadap sesuatu perbuatan yang baik yang dilakukan oleh anak kemenakannya. Sebagai contoh ada sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh keponakannya tetapi tidak setahu dia. Karena pekerjaan itu baik maka tidak menghalangi dan malahan ikut menyelenggarakannya.
5. Cawek (Ikat Pinggang)
Mengenai cawek ini diungkapkan “cawek suto bajumbai alai, saeto pucuak rabuang, saeto jumbai alainyo, jambuah nan tangah tigo tampek. Cawek kapalilik anak kemenakan, panjarek aka budinyo, pamauik pusako datuak, nak kokoh lua jo dalam, nak jinak nak makin tanang, nak lia nak jan tabang jauah.
Kabek salilik buhua sentak, kokoh tak dapek diungkai, guyahnyo bapantang tangga, lungga bak dukua di lihia, babukak mako ka ungkai, jo rundiang mako ka tangga, kato mufakaik kapaungkai.
Cawek penghulu dalam pakaian adat ialah dari kain dan ada kalanya kain sutera. Panjang dan lebarnya harus sebanding atau lima banding satu hasta dan ujungnya pakai jumbai dan hiasan pucuk rebung.
Arti yang terkandung dari cawek ini dapat disimpulkan bahwa seorang penghulu harus cakap dan sanggup mengikat anak kemenakan secara halus dan dengan tenang mendapatkan akal budinya.
6. Sandang
Sesudah memakai destar dan baju, celana serta sesamping maak dibahu disandang pula sehelai kain yang bersegi empat. Kain segi empat inilah yang disebut sandang. Kain segi empat yang disandang ini dalam kata-kata simbolisnya dikatakan “sandang pahapuih paluah di kaniang, pambungkuih nan tingga bajapuik”, pangampuang nan tacicie babinjek”. Pengertiannya adalah bahwa seorang penghulu siap menerima anak kemenakan yang telah kembali dari keingkarannya dan tunduk kepada kebenaran menurut adat. Begitu juga segala ketinggalan ditiap-tiap bidang moril maupun materil selalu dijemput atau dicukupkan menurut semestinya.
7. Keris
Penghulu bersenjatakan keris yang tersisip di pinggang. Orang yang tidak penghulu, tidak dibenarkan memakai keris; kecuali menyimpannya. Keris merupakan kebesaran bagi penghulu dan mengandung arti yang mendalam. Pemakaiannya tertentu dengan kelengkapan pakaiannya, letaknya condong ke kiri dan bukan ke kanan yang mudah mencabutnya. Letak keris ini mengandung pengertian bahwa seorang penghulu harus berfikir terlebih dahulu dan jangan cepat marah dalam menghadapi sesuatu persoalan, apalagi main kekerasan. Gambo atau tumpuan punting keris; artinya penghulu adalah tempat bersitumpu bagi anak kemenakan untuk mengadukan sakit senang. Kokoh keris bukan karena embalau, dengan pengertian bahwa yang memberi kewibawaan bagi penghulu, adalah hasil perbuatannya sendiri. Mata keris yang bengkok-bengkok, ada yang bengkoknya dua setengah patah; ada yang lebih. Pengertiannya adalah penghulu harus mempunyai siasat dalam mejalankan tugasnya. Mata keris balik bertimba dan tidak perlu diasah semenjak dibuat dengan pengertian bahwa kebesaran penghulu dan dibesarkan oleh anak kemenakan dan nagari. Tajamnyo indak malukoi, mamutuih indak diambuihkan (tajam tidak melukai, memutus tidak dihembuskan), dengan pengertian seorang penghulu tidak fanatik, tidak turut-turutan kepada paham dan pendapat orang lain, percaya pada diri dan ilmunya.
Bahasa lirisnya terhadap keris ini diungkapkan “senjatonyo karih kabasaran sampiang jo cawak nan tampeknyo, sisiknyo tanaman tabu, lataknyo condong ka kida, dikesongkan mako dicabuik. Gambonyo tumpuan puntiang, tunangannyo ulu kayu kamek, bamato baliek tatimbo, tajamnyo pantang malukoi, mamutuih rambuik diambuihkan. Ipuehnyo turun dari langik, bisonyo pantang katawaran, jajak ditikam mati juo, kepalawan dayo urang aluih, kaparauik lahie jo batin, pangikih miang di kampuang, panarah nan bungkuak sajangka, lahia batin pamaga diri patah muluik tampek kalah, patah karih bakeh mati”.
8. Tungkek (Tongkat)
Tongkat juga merupakan kelengkapan pakaian seorang penghulu. Mengenai tongkat ini dikatakan “Pamenannya tungkek kayu kamek, ujuang tanduak kapalo perak. Panungkek adat jo pusako, barih tatagak nan jan condong, sako nan kokoh diinggiran. Ingek samantaro sabalun kanai, gantang nak tagak jo lanjuangnyo.
Tongkat yang dibawa penghulu sebagai kelengkapan pakaiannya bukan untuk menunjukkan penghulu itu tua umur, melainkan seorang penghulu itu yang dituakan oleh kaum, suku dan nagarinya. Dia didahulukan selangkah, ditinggikan seranting.
Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang
Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut “Limpapeh Rumah nan gadang”. Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari, seperti dikatakan “Lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain bilalangnyo”. Namun demikian pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang mempunyai sifat umum yang akan kita kemukakan dalam tulisan ini.
1. Baju Batabue (baju bertabur)
Baju bertabur maksudnya naju yang ditaburi dengan benang emas. Tabur emas ini maksudnya kekayaan alam Minangkabau. Pakaian bertabur dengan benang emas bermacam-macam ragam mempunyai makna bercorak ragamannya masyarakat Minangkabau namun masih tetap dalam wadah adat Minangkabau.
2. Minsie
Minsie adalah bis tepi dari baju yang diberi benang emas. Pengertian minsie ini untuk menunjukkan bahwa demokrasi Minangkabau luas sekali, namun berada dalam batas-batas tertentu di lingkungan alur dan patut.
3. Tingkuluak (tengkuluk)
Tengkuluk merupakan hiasan kepala perempuan yang berbentuk runcing dan bercabang. Pengertiannya adalah Limpapeh Rumah Nan Gadang di Minangkabau tidak boleh menjunjung beban atau beban yang berat.
4. Lambak atau Sarung
Sarung wanitapun bermacam ragam, ada yang lajur ada yang bersongket dan ada yang berikat. Sarung untuk menutup bagian tertentu sehingga sopan dan tertib dipandang mata. Tentang susunannya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi suatu daerah. Oleh karena itu ada yang berbelah di belakang, ada yang dimuka dan ada yang disusun dibelakang.
5. Salempang
Pengertian yang terkandung pada salempang ini adalah untuk menunjukkan tanggungjwab seorang Limpapeh Rumah Nan Gadang terhadap anak cucunya dan waspada terhadap segala sesuatu, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
6. Dukuah (kalung)
Kalung yang dipakai oleh Limpapeh Rumah Nan Gadang tiap nagari dan Luhak di Minangkabau bermacam-macam. Ada yang disebut kalung perada, daraham, cekik leher, kaban, manik pualam dan dukuh panyiaram. Dukuh melambangkan bahwa seorang Limpapeh selalu dalam lingkaran kebenaran, seperti dukuh yang melingkar di leher. Dukuh juga melambangkan suatu pendirian yang kokoh dan sulit untuk berubah atas kebenaran. Hal ini dikemukakan “dikisabak dukuah dilihia, dipaliang bak cincin di jari”.
7. Galang (Gelang)
Terhadap gelang ini dikiaskan “Nak cincin galanglah buliah”(ingin cincin gelang yang dapat)”. Maksudnya rezeki yang diperoleh lebih dari yang diingini.
Gelang adalah perhiasan yang melingkari tangan dan tangan dipergunakan untuk menjangkau dan mengerjakan sesuatu. Terhadap gelang ini diibaratkan bahwa semuanya itu ada batasnya. Terlampau jangkau tersangkut oleh gelang. Maksudnya dalam mengerjakan sesuatu harus disesuaikan dengan batas kemampuan.
Menurut ragamnya gelang ini ada yang disebut “galang bapahek, galang ula, kunci maiek, galang rago-rago, galang basa”.
8. Palaminan
Pelaminan adalah tempat kedudukan orang besar seperti raja-raja dan penghulu. Pada masa dahulu hanya dipakai pada rumah adat namun sekarang juga dipakai pada pesta perkawinan. Hal ini mungkin disebabkan marapulai dan anak dara sebagai raja dan ratu sehari. Perangkatan pelaminan mempunyai kaitan dengan hidup dan kehidupan masyarakat adat Minangkabau. Dahulu memasang pelaminan pada sebuah rumah harus dengan seizin penghulu adat dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan adat yang berlaku. Pelaminan mempunyai bahagian-bahagian dan semuanya saling melengkapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar