Selasa, 20 Maret 2012

Resensi


Judul Resensi :Seorang Ayah Yang Peduli Dengan Anaknya, Dengan Membeli Lukisan Anaknya
Judul Buku   : Lukisan Untuk Papah
Pengarang    : Nanan Ginanjar, dkk
Penerbit      : PT Penerbitan Sarana Bobo
Tebal Buku   : 144 Halaman
Harga Buku  : Rp 12.000
Cetakan       : 45


Dari kumpulan cerpen penerbit PT Penerbitan Sarana Bobo, banyak
menggarap cerita tentang kisah seorang anak yang dimana butuh sekali pengorabanan yang  luar biasa. Dari mulai yang menyedihkan hingga menggembirakan. Sehingga ceritanya pun asyik dan enak terus dibaca, tidak membosankan. Dari kumpulan cerpen ini, banyak menyajikan cerita-cerita menurut pengalaman pribadi, sehingga pembaca pun tertarik untuk membacanya.
     Dalam cerita ini banyak mengajarkan kita untuk lebih berusaha, lebih
sabar, tidak putus atau pantang menyerah dan menjalani hidup dengan usaha dan bekerja yang sungguh-sungguh dan baik. Mungkin didalam cerita lain, berbeda, karena setiap cerita mempunyai nilai-nilai yang berbeda. Dalam buku ini pun banyak sekali cerita-cerita dan beberapa pengarang yang sangat kreatif, seperti halnya Nanan Ginanjar, dkk. Jangan heran, banyak yang menyukai karya mereka, dengan membaca cerpen ini. Dalam cerita “Buku Baru” karya Leilla Claudiya diceritakan tentang seorang gadis bernama Nanai yang mencari buku baru berjudul Cermin Ajaib tapi ternyata buku itu sudah dipinjam oleh Andi temannya dengan menyuruh temannya. Pada cerpen “Lelaki Tua di Gerbang Sekolah” karya Pupuy Huriah menceritakan tentang seorang lelaki tua yang selalu berada digerbang sekolah, kakek tua itu ternyata ingin memberikan topi kepada Ipal. Ada lagi cerita “Lukisan Untuk Ayah” karya Nanan Ginanjar menceritakan tentang seorang anak yang merasa tidak dperhatikan oleh ayahnya, dan ia melukis seorang ibu dan anaknya, dan ketika pameran disekolah , ayahnya membeli lukisan tersebut tanpa sepengetahuan Nana, ketika ayahnya pulang, Nana terkejut melihat lukisannya dibeli oleh ayahnya. Cerita “Rempeyek” karya Rosdarhanayati menceritkan seorang gadis yang berjualan rempeyek, tapi entah kenapa teman-temannya mengatakan dia rempeyek, apa mungkin wajahnya banyak sekali jerawat sehingga ia dikatakan oleh temannya. Keesokan harinya ia tak mau berjualan lagi, kerena ia malu dikata-katain oleh temannya, dan akhirnya sang ibulah yang berjualan.
Nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen ini sangat bagus dan membuat kumpulan cerpen ini sungguh bernilai, liat saja sudah berapa banyak yang dikeluarkan oleh penerbit PT Penerbitan Sarana Bobo, karena ceritanya bagus dan mengasyikan, dan tidak terlalu membosankan.
Dalam cerpen ini, juga terdapat gambarnya, sehinnga pembaca pun ikut tertarik untuk membacanya.
Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti, tidak ada bahasa asing dalam cerpen ini.
Kumpulan cerpen ini menjadi kumpulan cerpen yang baik, karena selalu saja ada keluaran baru dari penerbit PT Penerbitan Sarana Bobo.
Kita dapat mengambil hikmahnya setelah membaca cerpen ini, dari nilai moral, makna hidup sekaligus nilai-nilai estetik yang dikandungnya.
Dari cerpen yang satu dengan dengan cerpen yang lain, dapat diambil nilai kesopanan, yaitu dimana kita harus selalu mengharagai orang, baik yang lebih muda dari kita atau yang lebih tua dari kita.
          Dalam cerpen ini, si pengarang menggunkan bahasa yang terlalu kekanak-anakan. Memang buku ini untuk anak-anak, tetapi banyak juga para remaja dan orang dewasa yang membaca buku ini, lebih disarankan untuk menggunakan bahasa yang tidak terlalu kekanak-kanakan. Dan dari penerbit pun, tidak dituliskan bulan dan tahun keberapa cerpen ini dikeluarkan, sehingga pembaca pun tidak tahu kapan buku ini terbit. Dan ada cerita yang tidak nyambung disaat membaca cerpen ini, sehingga timbul rasa yang membosankan, walaupun ceritanya bagus. Walaupun kumpulan cerpen ini lebih untuk anak-anak, banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil.















Resensator
          Ajeng Setyarini
         
         
















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar