Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh
lebih panjang daripada Republik ini sendiri. Bahasa Indonesia telah
dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum Indonesia
merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan antaretnis (lingua franca) yang mampu
merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun
bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting.
Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat
menggunakan bahasa Indonesia semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan
untuk dipakai sebagai bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media
cetak. Semangat nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia
sangat pesat karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Pada tahun 1930-an muncul polemik apakah bisa
bahasa Indonesia yang hanya dipakai sebagai bahasa pergaulan dapat menjadi
bahasa di berbagai bidang ilmu. Akhirnya pada tahun 1938 berlangsung Kongres
Bahasa Indonesia yang pertama di Solo. Dalam pertemuan tersebut, semangat
anti Belanda sangat kental sehingga melahirkan berbagai istilah ilmu
pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Istilah belah ketupat, jajaran genjang,
merupakan istilah dalam bidang geometri yang lahir dari pertemuan tersebut.
Ketika penjajah Jepang mulai masuk ke Indonesia,
mereka semakin mendorong penggunaan bahasa Indonesia. Pada tahun 1953, Poerwodarminta
mengeluarkan Kamus Bahasa Indonesia yang pertama. Di situ tercatat
jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000. Pada tahun 1976,
Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat 1.000 kata baru.
Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru. Tetapi
pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa. Dari 24.000 kata, telah
berkembang menjadi 62.000. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa
dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah di berbagai bidang ilmu.
Malahan sampai hari ini, Pusat Bahasa berhasil menambah 250.000 kata baru. Dengan
demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata umum
telah berjumlah 78.000.
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tanggal
bersejarah bagi bahasa Indonesia yang saat itu diresmikan menjadi bahasa negara
dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa daerah.
Namun seperti apakah yang dinamakan bahasa
Indonesia itu? Orang mengenalnya sebagai bahasa Melayu yang dimodifikasi, lalu
dicampur dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa
asing, kemudian dibakukan.Dari manakah asal-usul bahasa Melayu itu? Apakah
bahasa itu hanya dituturkan oleh etnis Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal
etnis Melayu sendiri hanya sebagian kecil saja dari ratusan etnis di nusantara?
Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa
Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari
bahasa Austronesia yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu.
Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar Ketua
Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) itu, merupakan fenomena besar dalam
sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan
yang terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan dituturkan oleh hampir 300
juta populasi.
Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah
sepanjang 15 ribu km meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari
Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia
di utara hingga Selandia Baru di selatan.
“Out of Taiwan”
Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry
mengatakan, ada beberapa hipotesa. Yang paling umum adalah hipotesa bahwa asal
leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model “Out of Taiwan”.
Arkeolog lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan,
Robert Blust adalah pakar linguistik yang paling lantang menyuarakan pendapat
bahwa asal-ususl penutur Austronesia adalah Taiwan.
Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi
silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya
kosakata protobahasa Austronesia
yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud.
yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud.
“Ia juga menawarkan rekonstruksi pohon
kekerabatan rumpun bahasa Austronesia dan perkiraan waktu pencabangannya mulai
dari Proto-Austronesia hingga Proto-Oseania,” katanya.
Para leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya berasal
dari Cina Selatan yang bermigrasi ke Taiwan pada 5.000-4.000 SM, namun akar
bahasa Austronesia baru muncul beberapa abad kemudian di Taiwan.
Kosakata yang dapat direkonstruksi dari bahasa
awal Austronesia yang dapat dilacak antara lain : rumah tinggal, busur,
memanah, tali, jarum, tenun, mabuk, berburu, kano, babi, anjing, beras, batu
giling, kebun, tebu, gabah, nasi, menampi, jerami,
hingga mengasap.
hingga mengasap.
Para petani purba di Taiwan ini berkembang cepat
dan lalu terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang hidup terpisah dan
bahasanya menjadi berbeda-beda dengan setidaknya kini ada sembilan bahasa yang
teridentifikasi sebagai bahasa formosa.
Bermigrasi
Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai
terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang
memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian
utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia
(PMP).
Tahap berikutnya, ujar Daud, terjadi pada
3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di
Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju
Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara.
Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang
menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia
bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di
Maluku Utara.
“Rupanya ketika bermigrasi ke arah tenggara
penanaman padi mulai ditinggalkan karena tidak sesuai dengan lingkungannya.
Mereka mulai memanfaatkan tanaman keladi dan umbi-umbian lain serta
buah-buahan,” katanya.
Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di
Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi
dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian
memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah
(PCMP).
(PCMP).
Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai
pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia
Timur (PEMP).
Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada
2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah
pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan,
Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat
yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP
bermigrasi ke Oseania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar
1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oseania.
“Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian
barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM,
para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatera,”
katanya.
Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan
Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM
dan Semenanjung Malaka, ujarnya.
Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP
juga menyebar lagi ke Kalimantan sampai ke Madagaskar, tambah Daud.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai
garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari
Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oseania menunjukkan kesamaan kognat yang
tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata, katanya.
Dengan demikian, kata Harry Truman, hampir
seluruh kawasan nusantara bahkan sampai ke kawasan negeri-negeri tetangga dan
masyarakat kepulauan Pasifik dan Madagaskar menuturkan bahasa yang
asal-muasalnya merupakan bahasa Austronesia.
“Kecuali masyarakat yang ada di pedalaman Papua
dan pedalaman pulau Timor yang bahasanya lebih mirip dengan bahasa pedalaman
Australia,” katanya.
Bahasa Indonesia sekarang ini, kata Harry lagi,
sudah sangat kompleks karena penuturnya tidak hanya hidup dengan sukunya
masing-masing dan beradaptasi dengan rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari
India, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris.
Berbicara
tentang sejarah tentu yang pertama terpikir adalah asal-usul atau asal mula
sesuatu. Jika berkaitan dengan bahasa yang terpeikir adalah dari mana asal dan
bagaimana perkembangan bahasa itu sesungguhnya. Untuk bahasa Indonesia, para
ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia diambil dari bahasa melayu. Artinya
bahasa melayu merupakan bahasa nyang menjadi dasar bahasa Indonesia sekarang
ini. bahasa Indonesia sekarang ini telah megalami perubahan yang cukup
signifikan jika diperbandingkan dengan bahasa melayu pada masa itu. Hal ini
karena memang adanya perkembangan bahasa setelah pemakaian dalam jangka waktu
lama.
Istilah
Melayu sendiri memiliki beberpa versi dalam sejarah. Menurut beberapa ahli
Melayu didefinisikan sebagai berikut:
1. Nama
melayu mungkin berasal dari kata Melayu Na Idu, yaitu nama sebuah kerajaan di
Semenanjung (Vogel)
2. Kata
melayu diambil dari ucapan Wong Melayu (bahasa jawa = orang berlari) yaitu kata
bahasa Jawa yang diucapkan oleh bala tentara jawa ketika menyerang Sriwijaya
takala melihat orang Sriwijaya habis berlarian (Van der Tuuk).
3. Kern
berpendapat nama melayu mungkin berasal dari malay pura, yaitu suatu daerah di
semenanjung Malaka yang bermakna kota di atas angin.
4. Krom
berpendapat bahwa nama melayu (Mo-lo-yeu) adalah nama sebuah kerajaan pada abad
ke-7 yang lokasinya di Jambi sekarang, dll.
Beradasarkan
beberapa pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa bahasa Indonesia yang dulunya bahasa melayu
merupakan bahasa nyang berasal dari daerah di wilayah Indonesia sendiri yaitu
di wilayah pulau Sumatra yang sudah digunakan sejak berabad-abad dulu.
Bahasa
melayu sebagai bahasa asal bahasa Indonesia sendiri sesungguhnya mungkin juga
merupakan hasil perkembangan dari bahasa lain atau bahasa yang mendapat
pengaruh dari bahasa lain. Hal itu terlihat dari beberapa tulisan dalam
prasasti seperti (1) prasasti Kedukan Bukit (Palembang tahun 605 caka/683 M),
(2) Talang Tuo (Palembang berangka tahun 606 Caka), (3) Prasasti Kota Kapur
(Bangka berangka tahun 608 Caka), dan (4) Prasasti Karang Berahi di Jambi yang
berangka tahun 614 Caka). Dalam prasasti-prasasti itu tulisan bertuliskan
bahasa melayu yang banyak mengandung kata-kata sansekerta.
Setelah
mengetahui asal mula bahasa Indonesia yaitu berasal dari bahasa Melayu,
sekarang yang jadi pertanyaan adalah mengapa bahasa Melayu yang diambil sebagai
bahasa dasar dari bahasa Indonesia? Padahal sudah sejak Zaman dahulu wilayah
Indonesia terdiri atas banyak sekali suku bangsa yang memiliki bahasa
sendiri-sendiri pula. Selain itu bahasa suku Jawa yang merupakan penutur
terbanyak di wilayah Indonesia kenapa tidak dijadikan pilihan sebagai bahasa
dasar dari bahasa Indonesia?
Untuk
menjawab beberapa ada beberapa alas an yang perlu kita ketahui yaitu:
1. Bahasa
melayu sudah merupakan bahasa perhubungan antarpulau (linguafranca)
2. System
bahasa melayu sangat sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu
tidak mengenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa yang mengenal bahasa
jawa ngoko dan karma atau dalam sunda adanya bahasa sunda kasar dan lemes.
3. Bahasa
melayu memiliki kesanggupan dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti luas
4. Suku
bangsa jawa, sunda dan suku lain dapat menerima
Berbicara
tentang sejarah bahasa Indonesia tentunya kita tidak akan lepas dari peristiwa
28 oktober 1988 yaitu sumpah pemuda. Pada tanggal tersebut diikrarkan sebuah
kebulatan tekad hasil Konggres Pemuda yang salah satu diantara 3 ikrar tersebut
menyebutkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Keajadian tersebut
dianggap sebagai peresmian bahasa Melayu yang telah dipakai sejak abad 7
menjadi Bahasa Indonesia.
Berbicara tentang
sejarah perkembangan Bahasa Indonesia, kita tidak bisa lepas dari sejarah
bangsa Indonesia secara keseluruhan, mulai dari jaman Kerajaan Sriwijaya sampai
sekarang ini, khususnya Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan
titik tolakperkembangan bahasa Indonesia.sebelum sumpah pemuda
1.1 Zaman KerajaanPada abad VII sampai dengan abad XII, Kerajaan Sriwijaya menguasai perpolitikan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara dengan adanya Perguruan Tinggi Agama Budha. Perguruan tinggi tersebut mempunyai bahasa pengantar dalam kuliah yakni bahasa Melayu. Buktinya, di Palembang, Jambi dan Bangka, ditemukan batu bersurat (piagam) bertanggal tahun Syaka 604, 605,608 (kira-kira sesuai dengan tahun 682,683,686 Masehi) yang menggunakan bahasa Melayu tertua.Kemudian Kerajaan Malaka muncul pada abad ke-XV setelah Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Pada masa itu bahasa Melayu mengalami kemajuan yang pesat, terutama dengan masuknya agama Islam yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Pada zaman itu mulai berkembang sastra tulis, seperti: Hikayat Muhammad Ali Hanafiah, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat Iskandar Zulkarnaen. Waktu itu, bahasa Melayu yang digunakan dibedakan atas 3 bagian, yaitu :
1.1 Zaman KerajaanPada abad VII sampai dengan abad XII, Kerajaan Sriwijaya menguasai perpolitikan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara dengan adanya Perguruan Tinggi Agama Budha. Perguruan tinggi tersebut mempunyai bahasa pengantar dalam kuliah yakni bahasa Melayu. Buktinya, di Palembang, Jambi dan Bangka, ditemukan batu bersurat (piagam) bertanggal tahun Syaka 604, 605,608 (kira-kira sesuai dengan tahun 682,683,686 Masehi) yang menggunakan bahasa Melayu tertua.Kemudian Kerajaan Malaka muncul pada abad ke-XV setelah Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Pada masa itu bahasa Melayu mengalami kemajuan yang pesat, terutama dengan masuknya agama Islam yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Pada zaman itu mulai berkembang sastra tulis, seperti: Hikayat Muhammad Ali Hanafiah, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat Iskandar Zulkarnaen. Waktu itu, bahasa Melayu yang digunakan dibedakan atas 3 bagian, yaitu :
A. Bahasa Melayu Pasar,
yang dipakai di bidang perdagangan;
B Bahasa Melayu Tinggi (Riau) dipakai dalam administrasi pemerintahan, kantor dan sekolah;
C. Bahasa Melayu Dialek yang muncul di daerah tertentu, misalnya bahasa Melayu Dialek Ambon, bahasa Melayu Dialek Jakarta dan bahasa Melayu Diatek Medan.
Pada Tahun 1511, Kerajaan Malaka ditaklukkan Portugis. Semua Sastra Melayu habis terbakar akibat penyerbuan besar-besaran yang dilakukan bangsa Portugis. Pada tahun 1824, Perjanjian London ditandatangani. Perjanjian ini membuat Malaysia yang sekarang, Singapura dan Indonesia terpisah. Semenjak itu aktivitas bahasa terbagi dua, yaitu pertama, bahasa Melayu Singapura dan Malaysia berkembang sesuai dengan kondisi di bawah penjajahan Inggris.
B Bahasa Melayu Tinggi (Riau) dipakai dalam administrasi pemerintahan, kantor dan sekolah;
C. Bahasa Melayu Dialek yang muncul di daerah tertentu, misalnya bahasa Melayu Dialek Ambon, bahasa Melayu Dialek Jakarta dan bahasa Melayu Diatek Medan.
Pada Tahun 1511, Kerajaan Malaka ditaklukkan Portugis. Semua Sastra Melayu habis terbakar akibat penyerbuan besar-besaran yang dilakukan bangsa Portugis. Pada tahun 1824, Perjanjian London ditandatangani. Perjanjian ini membuat Malaysia yang sekarang, Singapura dan Indonesia terpisah. Semenjak itu aktivitas bahasa terbagi dua, yaitu pertama, bahasa Melayu Singapura dan Malaysia berkembang sesuai dengan kondisi di bawah penjajahan Inggris.
1.2 Zaman Kolonial (Penjajahan)
BelandaPada zaman ini bahasa Melayu Indonesia berkembang sesuai dengan kondisi
di bawah penjajahan Belanda. Ch. A. Van Ophuysen menyusun ejaan resmi bahasa
Melayu pada tahun 1901. Hal ini semakin memantapkan kedudukan bahasa Melayu.
Sebelumnya Gubernur Belanda telah menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar di sekolah “Bumiputera”. Selanjutnya pemerintah Belanda mendirikan
Taman Bacaan Rakyat pada tahun 1908, yang kemudian diubah menjadi Balai Pustaka
pada tahun 1917.Pada tanggal 25 Juni 1918 keluar ketetapan Ratu Belanda yang
memberi kebebasan kepada anggota Dewan Rakyat (Volkstrad) menggunakan bahasa
Melayu dalam perundingan. Ketetapan ini merupakan reaksi Kerajaan Belanda atas
gagasan yang dicetuskan anggota-anggota Dewan Rakyat bangsa Indonesia yang
didorong oleh hasrat untuk memperjuangkan diakuinya bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
1.3 Zaman Pergerakan
KemerdekaanPerjuangan partai politik mempunyai peranan yang besar. Karena
sebagian besar partai politik menggunakan bahasa Melayu (Indonesia) dalam
rapat-rapat, dan dalam tulisan-tulisan. Partai politik yang ada waktu itu
seperti, Budi Oetomo (1922), Partai Hindia (1912), Serikat Islam (1913). Ada
juga Perhimpunan-Perhimpunan Pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong
Ambon, yang kemudian bersatu dalam Indonesia Muda. Mereka Inilah yang
mencetuskan Sumpah Pemuda.Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 mengumandangkan ke
seluruh Tanah Air bahkan ke seluruh dunia bahwa Indonesia: Berbangsa Satu yaitu
Bangsa Indonesia, Bertanah Air Satu yaitu Tanah Air Indonesia dan yang ketiga
(terpenting) Menjungjung Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Butir ketiga,
merupakan suatu karunia ilahi yang telah mengilhami putra-putri Indonesia untuk
bersatu. Setiap orang Indonesia menyadari bahwa bahasa Indonesia telah berjasa
mempercepat persatuan bangsa. Kini bangsa Indonesia telah memiliki bahasa
kebangsaan, bahasa kesatuan dan bahasa yang dapat mempersatukan kehendak dan
perasaan.Prof Dr. A Teeuw menyebutnya sebagai “pembaptisan” bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia. Secara psikologis, peristiwa ini membuat rasa
persatuan dan kesatuan semakin erat. Semua suku merasa mempunyai satu bahasa
yaitu bahasa Indonesia. Sebagai realisasi dari Sumpah Pemuda ini, muncullah
surat kabar dan majalah. Kemudian media massa ini sangat berperan besar dalam
pembentukan dan perkembangan bahasa Indonesia.sesudah sumpah pemuda.Pada tahun
1933 resmi berdiri suatu angkatan sastrawan yang menamakan dirinya Pujangga
Baru. Nama ini diambil dari nama majalah sastra dan kebudayaan waktu itu yakni,
Pujangga Baru. Pada masa itu dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia yang
sebenarnya telah mulai dari bahasa Melayu Balai Pustaka yang masih khas
Minangkabau berkembang menjadi bahasa modren yakni bahasa Indonesia. Masyarakat
pun semakin mengenal dan secara tidak langsung mereka belajar dari surat kabar
yang banyak bermunculan. Tokoh yang paling berperan, yaitu, S. Takdir
Alisyahbana. Dia banyak mengarang buku dan pernah menulis artikel tentang
jurnalistik Melayu Tionghoa dalam majalah Pujangga Baru.
1.4 Zaman Penjajahan
JepangMasa penjajahan Jepang merupakan masa penting. Bahasa Indonesia menjadi
bahasa utama karena bahasa Belanda (bahasa musuh) tak boleh lagi dipergunakan
dalam percakapan sehari-hari dan urusan-urusan remi. Sementara itu bahasa
Jepang belum dikuasai. Maka satu-satunya alat komunikasi adalah bahasa
Indonesia.Di sisi lain perkembangan bahasa Indonesia menjadi tak teratur.
Sebagian kaum terpelajar tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik karena
belum pernah mempelajari bahasa Indonesia secara baik, teratur dan
sungguh-sungguh. Mereka lebih menguasai bahasa Belanda. Itulah sebabnya bahasa
Indonesia banyak dipengaruhi bahasa Belanda.
1.5 Zaman KemerdekaanKetika
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945,
mulailah suatu masa yang sangat penting. UUD-RI 1945, bab XV, pasal 36 berisi :
Bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Pengesahan dalam Undang-Undang Dasar ini
menjadikan bahasa Indonesia memperoleh kedudukan secara hukum dan lebih pasti.
Dunia mengetahui bahwa bangsa Indonesia yang baru merdeka itu mempunyai bahasa
sendiri. Kedudukan bahasa Indonesia mendapat kepastian sebagai bahasa nasional,
bahasa kesatuan, bahasa resmi dan bahasa negara.Sastrawan-sastrawan muda yang
sejak tahun 1942 sudah muncul, terkenal dengan nama “Angkatan ‘45”. Bahasa yang
dipergunakan mereka bukan lagi bahasa Balai Pustaka, juga bukan bahasa Pujangga
Baru, melainkan bahasa Indonesia yang berkembang dengan corak baru. Kekhasan
bahasa yang dipakai waktu itu, lebih bebas dalam memilih kata maupun kalimat,
kaya dengan ungkapan-ungkapan, dan perbandingannya tidak berbau klise lagi.Pada
tahun 1950, bahasa Indonesia memasuki periode baru, dan semakin terus-menerus
dibina dan dikembangkan. Kedudukan bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu, bahasa
seni, bahasa politik, bahasa hukum dan bahasa ekonomi. Selanjutnya, pada
tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia menetapkan pemakaian ejaan
baru. Pemerintah juga melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengubah Lembaga Bahasa Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa pada tanggal 1 Pebruari 1975. Berbagai usaha dilakukan lembaga ini untuk
mengembangkan bahasa Indonesia. Penelitian-penelitian, penataran, penyuluhan,
seminar dan konferensi-konferensi digalakkan. Televisi Republik Indonesia
(TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI) juga berperan dalam pembinaan bahasa
Indonesia melalui program-program siaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar